RESUME MAKALAH SISTEM PERENCANAAN
DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN
KELOMPOK I
“RERANGKA KONSEPTUAL PENDESAINAN
SYSTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN”
BAB
1
RERANGKA
KONSEPTUAL PENDESAINAN SYSTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN
Tujuan
Organisasi Adalah Untuk Menciptakan Kekayaan
Organisasi adalah kumpulan
orang yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda, yang membangun saling
ketergantungan di antara mereka untuk mewujudkan tujuan bersama, dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya. Pada dasarnya tujuan bersama yang ingin
diwujudkan oleh organisasi adalah penciptaan kekayaan, oleh karena itu
organisasi dapat dikatakan sebagai institusi pencipta kekayaan (wealth-creating
institution). Organisasi bermotif laba bertujuan untukmenghasilkan kekayaan material
yang diukur dari economic value added (EVA) yang dihasilkan dari usahanya.
Organisasi nirlaba ada yang bertujuan untuk menghasilkan kekayaan material yang
diukur dari sisa hasil usaha, dan ada yang bertujuan untuk menghasilkan
kekayaan nonmaterial, yang hasil usahanya tidak dapat diukur dengan satuan
moneter.
Kegiatan Utama Untuk
mewujudkan Organisasi Sebagai Wealth-Creating Institution
Untuk menjadikan organisasi
sebagai institusi pencipta kekayaan, organisasi harus melaksanakan tiga
kegiatan utama sebagai berikut ini:
1.
Mendesain produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan customer.
2.
Memproduksi produk dan jasa tersebut dengan cost effective.
3. Memasarkan produk dan
jasa tersebut secara efektif kepada customer.
Setiap kegiatan utama
tersebut di atas ditujukan untuk:
1.
Menghasilkan customer yang puas
2. Menghasilkan financial
returns yang memadai
Definisi System Perencanaan
Dan Pengendalian Manajemen
System perencanaan dan
pengendalian manajemen (SPPM) adalah suatu system yang digunakan untuk
merencanakan sasaran masa depan yang hendak dicapai oleh organisasi,
merencanakan kegiatan untuk mencapai sasaran tersebut, serta
mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.
Dari definisi tersebut, terdapat tiga kesimpulan berikut ini:
1.
Perencanaan sasaran masa depan yang hendak dicapai
2.
Perencanaan kegiatan untuk mencapai sasaran
3. Pengimpletasian dan
pemantauan pelaksanaan rencana
Perencanaan Sasaran Masa
Depan Yang Hendak Dituju
SPPM pada dasarnya merupakan
suatu system yang digunakan oleh manajemen untuk membangun masa depan
organisasi. Untuk membangun masa depan organisasi, perlu ditentukan lebih
dahulu dalam bisnis apa organisasi akan berusaha. Dengan demikian misi
organisasi merupakan the chosen track untuk membawa organisasi mewujudkan masa
depannya.
Perencanaan Kegiatan Untuk
Mencapai Sasaran
Perencanaan sasaran masa
depan yang hendak dicapai dan perencanaan kegiatan untuk mencapai sasaran
organisasi terdiri dari empat langkah utama:
1.
Perumusan strategi (strategy formulation)
2.
Perencanaan strategic (strategic planning)
3.
Penyusunan program (programming)
4. Penyusunan anggaran
(budgeting)
Pengimplementasian Dan
Pemantauan Pelaksanaan Rencana
Untuk melaksanakan rencana
yang telah disusun, diperlukan langkah-langkah pengimplementasian dan
pemantauan pelaksanaan rencana tersebut. SPPM mencakup system untuk
mengimplementasikan dan memantau palaksanaan rencana.
MENGAPA SPPM, BUKAN SPM?
Dimasa lalu (tahun 1960-an
sampai dengan tahun 1990-an), system perencanaan dan pengendalian manajemen
(management planning and control system) lebih dikenal dengan sebutan system
pengendalian manajemen (management control system). SPPM menyediakan empat
system untuk melaksanakan perencanaan masa depan organisasi:
1. System perumusan
strategi,
2. System perencanaan
strategic,
3. System penyusunan
program, dan
4. System penyusunan
anggaran.
RERANGKA KONSEPTUAL
PENDESAINAN SPPM
Di dalam pendesainan system
pada umumnya, berbagai faqktor berikut ini perlu dipertimbangkan:
1.
Tidak ada desain system yang baik atau yang buruk, yang ada adalah apakah suatu
desain system sesuai dengan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan.
2.
Lingkungan bisnis ibarat suatu territorial, yang untuk menjelajahinya
diperlukan suatu peta.
3.
Setiap system terdiri atas dua komponen : struktur dan proses.
4. Setiap system yang kia
desain memerlukan kompetensi tertentu untuk menjalankan system tersebut.
Kompetensi untuk menjalankan SPPM disebut managerial skill.
Pemacu Perubahan
Contingency approach
mengajarkan kepada kita bahwa setiap system didesain berdasarkan karakteristik
lingkungan yang dimasuki oleh organisasi, agar system tersebut efektif untuk
memasuki lingkungan yang bersangkutan. Teknologi umumnya menjadi pemacu utama
perubahan yang berdampak pada karakteristik lingkungan bisnis yang dimasuki
oleh perusahaan.
Karakteristik Lingkungan
Bisnis
SPPM didesain untuk
memasuki lingkungn bisnis tertentu. SPPM yang didesain untuk memasuki
lingkungan bisnis stabil, yang didalamnya kompetisi tidak tajam dan kendali
bisnis berada di tangan produser, akan sangat berbeda denagn SPPM yang didesain
untuk memasuki lingkungan bisnis yang didalamnya kendali bisnis berada di
tangan customer, kompetisi sangat tajam, dan perubahan bersufat radikal,
konstan, pesat, serentak, dan pervasive.
Paradigma
Paradigm menentukan sikap
kita yang akan menentukan tindakan kita terhadap sesuatu.
Struktur SPPM
1.
Struktur organisasi.
2.
Jejaring informasi.
3. System penghargaan.
Proses SPPM
1.
System perumusan strategi.
2.
System perencanaan strategic.
3.
System penyusunan program.
4.
System penyusunan anggaran.
5. System
pengimplementasian.
6. System pemantauan.
Managerial skill
1.
Keterampilan dalam mengelola bisnis dan proses organisasional
2.
Keterampilan dalam mengelola perubahan
3. Keterampilan dalam
mengelola sisi bayangan organisasi.
ORGANISASI PERUSAHAAN
SEBAGAI WEALTH-MULTIPLAYING INSTITUTION
Lingkungan bisnis kompetitif
menuntut semua perusahaan yang memasuki lingkungan tersebut memiliki kekuatan
lebih untuk bersain. Untuk dapat bertahan dan bertumbuh dalam lingkungan bisnis
yang kompetitif, organisasi perusahaan tidak cukup hanya mampu menjadi
institusi pencipta kekayaan, namun dituntut untk memiliki kemampuan jauh lebih
dari itu, perusahaan dituntut untuk menjadi institusi pelipat ganda kekayaan.
PENDEKATAN DALAM
PENDESAINAN DAN PENGIMPLEMENTASIAN SPPM
1. Contingency approach
Contingency approach akan
menyadarkan personel tentang pentingnya pengamatan tren (trenwaching) terhadap
lingkungan bisnis untuk memungkinkan dilakukannya pembaruan terhadap paradigm
personel dan improvement berkelanjutan terhadap desain SPPM.
1. Human-capital-leverage
approach
Human-capital-leverage
approach mengajarkan kepada kita bahwa dalam lingkungan bisnis kompetitif,
sumber daya yang mampu menjadikan perusahaan unggul dalam persaingan adalah
modal manusia, yaitu kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan.
Human-capital-leverage
approach yang melandasi pendesaianan SPPM ini terlihat pada:
1.
Pembangunan paradigm modal manusia berdasarkan lingkungan bisbis yang akan
dimasukkan oleh perusahaan dan penggunaan paradigm tersebut sebagai landasan
pendesaianan SPPM.
2. Perhatian terhadap
perlunya keterampilan manajerial dalam managing the shadow side of
organization, agar personel mampu secara efektif menjalankan SPPM.
KEUNGGULAN CONTINGENCY
APPROACH
1.
Menjanjikan desain SPPM yang dihasilkan sesauai dengan persyaratan lingkubngan
bisnis yang dimasuki oleh perusahaan, sehingga meningkatkan efektifitas SPPM
untuk mewujudkan organisasi.
2.
Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya kemampuan pengamatan tren terhadap
perubahan lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh perusahaan untuk melakukan
improvement secara berkelanjutan terhadap SPPM.
3. Memudahkan pemahaman
atas SPPM yang didesai dengan adanya hubungan sebab-akibat antara lingkungan
bisnis dengan SPPM yang didesain.
KEUNGGULAN
HUMAN-CAPITAL-LEVERAGE APPROACH
1.
SPPM yang didesain menjanjikan peningkatan daya saing perusahaan, karena
leverage diletakkan pada sumber daya yang mampu menjadikan perusahaan unggul
dalam persaingan.
2.
SPPM yang didesain mampu melepaskan dan memfokuskan potensi seluruh personel
(menejer dan kayawan) perusahaan, sehingga menjanjikan pelipatgandaan kinerja
perusahaan.
3. Menempatkan paradigm
personel dan keterampilan manajer dalam pengelolaan sisi bayangan organisasi
sebagai factor penentu keberhasilan SPPM untuk memfalisilitasi perwujudan visi
organisasi.
KELOMPOK II
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN BISNIS GLOBAL
A.
Zaman Globalisasi Ekonomi
1.
Proses Globalisasi
Ekonomi
Globalisasi yang
melanda Indonesia secara cepat membuka cakrawala baru bagi manajemen perusahaan
Indonesia, yang semula hanya tertuju ke lingkungan domestic, menjadi terbuka ke
lingkungan global. Manajemen perusahaan dipaksa untuk mengikuti perlombaan
dalam menghasilkan produk/jasa dengan mengikuti aturan-aturan tingkat dunia.
a.
Mobiltas
b.
Keserentakan
c.
Pencarian jalan bebas
hambatan
d.
Kemajemukan
2.
Gambaran perubahan lingkungan bisnis di zaman globalisasi
Globalisasi
ekonomi terdam pak pada 3 C : Custemer,
Competition, dan Change. Perusahaan-perusahaan dipaksa memasuki suatu
daerah yang didalamnya 3C tersebut mengalami perubahan yang sangat berbeda
dengan keadaannya dimasa yang lalu.
a.
Customer memegang kendala
bisnis
b.
Kompetisi semakin tajam
c.
Perubahan menjadi berubah
3.
Perubahan logika
produser ke logika costumer
Salah satu jalan
cara untuk mengubah mengubah jalan pikiran produser agar cocok dengan zaman
yang didalamnya customer memegang kendali bisnis ini adalah dengan memahami
perbedaan logika produser dan logika customer. Berikut ini disajikan perbedaan
logika produser dan logika consumer menurut Rosabeth
Moss Kanter dalam bukunya yang berjudul World Class : Thriving Lokally in The Global
Economy.
a.
Produser berpikir bahwa
mereka membuat produk. Consumer berpikir bahwa mereka membeli jasa.
b.
Produser menginginkan untuk
mamaksimumkan pengembalian ( Return ) atas sumbr daya yang mereka miliki
c.
Produser khawatir atas
kekeliruan yng terlihat. Custumer meninggalkan produser karena kekeliruan yang
tidak terlihat
d.
Produser berpikir bahwa
tehnologi mereka mencitakan produk. Customer menginginkan kenyamanan mereka
yang diutamakan
e.
Produser mengorganisir
kegiatan untuk kenyamanan internal mereka. Custumer menginginkan kenyamanan
mereka yang diutamakan
4.
Prinsip-prinsip
Manajemen dalan Zaman Globalisasi Ekonomi
a.
Pusat tidak lagi berkuasa
penuh
b.
Semua perusahaan akan
menjadi perusahaan global dalam operasi bisnis mereka
c.
Perusahaan akan memfokuskan
semua struktur dan proses system Manajemen mereka ke Custemer
d.
Karena lingkungan bisnis
yang sangat turbuken, posisi kompetitif hanya akan dicapai melalui Improvement ( perbaikan ) berkelanjutan
terhadap system dan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan
Value bagi customer
B.
Zaman Tehnologi
Informasi
1.
Lima Tren Sebagai Tanda
Zaman Tehnologi Informasi
a.
Tren pergeseran dari Hard
Automation Tehcnology ke Tehcnology Information
b.
Tren pergeseran ke
Knowledge-Based Works
c.
Tren pergeseran ke
Responsibility-Based Organization
d.
Perdagangan berjalan
melalui jalan raya elektronik
e.
Kekayaan lebih banyak
dihasilkan dari Human assets dibandingkan
Financial assets
f.
Intregible assets menjadi
kekayaan perusahaan yang paling berharga
2.
Prinsip-prinsip Manajemen
dalam Zaman technology Informasi
Manajemen dalan zaman tehnologi informasi dipengaruhi
oleh dua factor :
a.
Dampak pendayagunaan
Knowlwedge-Workers terhadap prinsip Manajemen
b.
Dampak penyedian fasilitas
information sharing terhadap prinsip manajemen Tehcnology Informasi
memungkinkan untuk mewujudkan organisasi dengan jenjang yang lebih sedikit ,
memungkinkan hubungsn sntsr organisasi perusahaaan berjalan lebih cepat dan
harmonis.
C.
Zaman Strategic Quality
Management
1.
Evolsi Pandangan Produser
terhadap Kualitas Produk dan jasa
a.
Zaman Inpeksi
b.
Zaman Pengendalian Kualitas
Secara Statistik
c.
Zaman Jaminan Kualitas
d.
Zaman Management Kualitas
Seacara strategic
2.
Prinsp-Prinsip Management
Dalam Zaman Strategic Quality Management
a.
Penggunaan Value-Based
Strategy
b.
Posisi Kompetetif
perusahaan dicapai melalui kinerja dan penerapan pengetahuan untuk menjadikan
organisasi unggl dari pesaing
D.
Zaman Revolusi
Management
Tiga Revolusi
Besar yang Berkaitan dengan Management
a.
Revolusi Industri
b.
Revolusi Produktivitas
c.
Revolusi Management
Prinsip-prinsip Management dalam
Zaman Revolusi Management
Matthew J. Kiernan membuat
perbandingan Management abad ke20 dengan Management abad ke 21 yang dibangun
berdasarkan paradigm baru.
Management
abad 20
|
Management
abad 21
|
Stabilitas, predictability
|
Perubahan tidak berkelanjutan
|
Ukuran dari skala ekonomi
|
Kecepatan dan kemampuan untuk merespons
|
Leadership dari puncak
|
Leadership dari setiap orang
|
Kekauan Organisasi
|
Fleksibilitas permanen
|
Pengendalian melalui aturan dan hierarki
|
Pengendalian melalui Visi dan Values
|
Informasi dijaga secara ketat
|
Information sharing
|
Analisis kuantitatif
|
Kreativitas dan Intuisi
|
Kebutuhan tentang kepastian
|
Dapat menerima keraguan
|
Reaktif, penghindaran resiko
|
Proaktif, keberanian menanggung resiko
|
Independent perusahaan
|
Saling ketergantungan antar perusahaan
|
Integrasi vertical
|
Virtual intergration
|
Berfokus ke intern organisasi
|
Berfokus ke lingkunan kompetitif
|
Keunggulan kompetitif bertahan lama
|
Inovasi berkelanjutan keunggulan kompetitif
|
Bersaing dalampasar yang telah ada
|
Bersaing dalam pasar masa depan
|
KELOMPOK III
PEMBAHASAN
A. Kerangka Konseptual
Pembentukan Mindset
Langkah
pembentukan mindset ada dua antara lain :
1) Perumusan mindset mempunyai
empat langkah antara lain :
a) Trenwaching
b) Envisioning
c) perumusan paradigma
d) perumusan mindset
2) Pengkomunikasian mindset
ada dua cara antara lain :
a) melalui perilaku pribadi
(personal behavior) dengan membentuk paradigm, keyakinan dasar, dan nilai dasar
organisasi yang dikomunikasikan kepada seluruh karyawan melalui penataran
sistematik.
b) melalui perilaku
organisasional ( operasional behavior) dengan menerapkan bahwa seluruh karyawan
terlibat dalam pengoperasian sistem dan prosedur, peraturan dan keputusan dan
berjangka waktu panjang selama system, proseur, peraturan dan keputusan yang
berlaku.
Mindset
adalah sikap mental mapan (fixed mental attitude) yang dibentuk melalui
pendidikan, pengalaman, dan prasangka. Mindset merupakan peta mental yang
dipakai oleh orang sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak. Mindset terdiri
dari tiga komponen pokok: paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar.
Apa
yang terjadi jika mindset personel secara individual tidak sejalan dengan
mindset organisasi? Ada tiga kemungkinan yang timbuL:
1. Personel melakukan tindakan
setengah hati, atau bahkan tanpa hati
2. Personel memerlukan
pengawasan dari orang lain untuk memastikan bahwa tindakan dilaksanakan
berdasarkan mindset yang semestinya
3. Personel dapat melakukan
sabotase karena ketidaksesuaian antara mindset-nya dengan mindset semestinya
yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan.
B. Kerangka Konseptual
Perumusan Mindset
Pembentukan
mindset pada dasarnya sama dengan pemutakhiran peta mental, disesualikan dengan
lingkungan yang kita hadapi. Ada dua langkah pembentukan mindset: Perumusan
mindset, dan Pengkomunikasian mindset.
Perumusan
mindset dilaksanakan melalui empat langkah berikut ini: 1. Trendwatching, 2.
Envisioning, 3. Perumusan paradigm, 4. Perumusan mindset. Pengkomunikasian
mindset yang telah dirumuskan dilakukan melalui dua cara: 1. Melalui perilaku
pribadi (personal behavior) manajemen puncak, 2. Melalui perilaku operasional-
menjadikan mindset sebagai landasan untuk pendesainan system yang digunakan
oleh organisasi untuk melaksanakan bisnis, sehingga melalui system tersebut
mindset personel yang terkait dengan system tersebut terbentuk.
C. Customer Value Mindset
Empat penyebab yang mengubah secara radikal
lingkungan bisnis sekarang adalah:
1.
Proses globalisasi,
2.
Pemanfaatan smart technology dihampir semua arena kehidupan masyarakat,
3.pengadopsian
strategic quality management,
4.
Revolusi manajemen.
Konsep
customer mencakup pemasok masukan yang diolah menjadi keluaran. Kualitas
hubungan antara perusahaan dengan pemasok sangat menentukan kualitas produk dan
jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan customer akhir. Peningkatan
Kedekatan dengan Customer
1.
Pembentukan organisasi pada pemakai produk 2. Tim desain produk yang melibatkan
customer 3. Kelompok customer untuk pemecahan masalah 4. Survai kepuasan
customer 5. Program percontohan untuk pengujian pasar produk baru. Konsep
Customer Value Customer value = Manfaat-Pengorbanan* Hubungan PARADIGMA
CUSTOMER VALUE Didalam
Manajemen tradisional , produsen produk dan jasa berpandangan bahwa
kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaannya ditentukan oleh kemampuan
perusahaan tersebut didalam memproduksi barang dan jasa, terlepas dari apakah
produk dan jasa tersebut menghasilkan manfaat bagi customer atau tidak.
Didalam
lingkungan bisnis yang didalamnya customer memegang kendali bisnis, perusahaan
akan berhasil sebagai wealth creating institution bila : 1. Mendesign
produk dan jasa yang menghasilkan value bagi customer 2. Memproduksi produk dan
jasa tersebut serta mendistribusikannya ke customer dengan proses yang cost
effective. 3. Memasarkan dan menjual produk dan jasa tersebut secara
efektif kepada customer. Keyakinan dasar untuk mewujudkan paradigma customer
value :
1. Bisnis merupakan suatu mata
rantai yang menghubungkan pemasokdengan customer
2. costomer merupakan tujuan pekerjaan
3. sukses merupakan hasil
penilaian terhadap suara customer
Nilai dasar untuk mewujudkan
paradigma customer value :
1. integritas.
2. kerendahan hati.
3. kesediaan untuk melayani.
4. Perwujudan customer value
mindset kedalam SPM
Customer value mindset
diwujudkan kedalam 3 komponen struktur SPM:
1. Struktur organisasi
difokuskan kelayanan keppada customer
2. Jejaring informasi
difokuskan untuk menyediakan layanan bagicustomer
3. sistem penghargaan karyawan
didasarkan kepada kinerja organisasi dalam memuaskan kebutuhan .
customer Customer value
mindset diwujudkan ke dalam 6 komponen proses SPM :
1. Perumusan strategi
ditujukan untuk menghasilkan value bagi customer
2. perencanaan starategi
dengan pendekatan balance score card
3. penyusunan program
4. penyusunan anggaran
berhasil aktivitas (activity based budgeting)
5. pengimplementasian rencana
dengan activity based management
6. pemantauan pelaksanaan
rencana dengan activity based cost system
D. Continouous Improvement
Mindset
Kita
sekarang berada dalam jaman smart technology, suatu masa yang di dalamnya
teknologi informasi yang memberikan keleluasaan luar biasa bagi knowledge
workers untuk berkreasi. Lingkungan bisnis yang memiliki karakteristik
perubahan seperti itu menuntut organisasi untuk fleksibel dalam beradapatasi
dengan perubahan agar organisasi tersebut berkemampuan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Di samping itu, organisasi juga dituntut untuk mampu
menciptakan perubahan yang diperlukan agar mampu berkembang di dalam lingkungan
bisnis yang turbulen.
A. PARADIGMA IMPROVEMENT
BERKELANJUTAN
Improvement
dapat dibagi menjadi dua : incremental improvement dan radical improvement.
Incremental improvement berupa improvement berskala kecil dengan tetap
mengandung unsur lama. Radical improvement berupa improvement berskala besar,
bersifat mendasar, dan secara total meninggalkan unsur lama. kegiatan manajer
dalam setiap tahap proses manajemen hanya menambah nilai (value-adding) jika
kegiatan tersebut menyebabkan personel memiliki komitmen tinggi untuk
menghasilkan value bagi customer. Paradigma improvement berkelanjutan menggeser
pandangan manajer terhadap
terjadinya
improvement, respon terhadap kesalahan, peran manajer, wewenang, fokus
perhatian manajer, dan pengendalian Di masa lalu, improvement hanya terjadi
melalui pengembangan produk dan jasa baru dan sebagai reaksi terhadap masalah
yang telah jelas. Fokus perhatian manajemen bergeser ke sistem yang lebih luas,
tidak kenal akhir, bersifat proaktif terhadap kesempatan, baik yang telah
terlihat maupun yang masih potensial dan mencakup improvement besar maupun
kecil.
B. Continuous Immprovement
Mindset
Continuous
improvement mindset terdiri dari paradigma improvement berkelanjutan, keyakinan
dasar terhadap improvement berkelanjutan, dan nilai-nilai dasar yang melandasi
improvement berkelanjutan. Di dalam lingkungan bisnis yang turbulen, personel
perusahaan dituntut untuk senantiasa melakukan improvement berkelanjutan
terhadap sistem dan proses yang digunakan untuk menghasilkan value bagi
customer. Paradigma improvement berkelanjutan perlu diwujudkan ke dalam
keyakinan dasar yang kuat yang harus ditanamkan kepada seluruh personel
perusahaan bahwa : (1) harus mengetahui fakta, (2) alasan dan belajar, (3)
selalu ada cara yang lebih baik, (4) harus selalu berusaha untuk sempurna ;
orang tidak akan pernah mencapai kesempurnaan tersebut. Building blocks kultur
organisasi yang dibangun atas dasar paradigma improvement berkelanjutan Harus
Mengetahui Fakta .
Continuous improvement mengharuskan
personel mengetahui dimana mereka sekarang berada, kemana mereka ingin menuju
di masa yang akan datang, dan kemajuan yang telah mereka capai dalam mewujudkan
tujuan mereka. Dengan demikian untuk mewujudkan improvement berkelanjutan,
personel perlu mengumpulkan dan menganalisis berbagai fakta tentang : (1)
kondisi proses dan sistem yang digunkan untuk menghasilkan customer value, (2)
ke arah mana proses dan sistem tersebut ditingkatkan kualitasnya, (3) kemajuan
yang telah dicapai dalam peningkatan proses dan sistem yang diinginkan Opportunity
Minset
KELOMPOK IV
PEMBAHASAN
KERANGKA KONSEPTUAL PENDESAINAN PROSES SISTEM
PENGENDALIAN MANAJEMEN
Latar Belakang
Manjemen Strategik
Manajemen strategic merupakan tahap perkembangan terkini evolusi perencanaan
yang dipakai oleh perusahaan yang dipakai untuk membagun masa depanya. Peruses
system pengendalian manajemen didesain untuk melaksanakan tahap-tahap manajemen
strategic.
Anggaran Tahunan, Perusahaan yang
mengandalkan perencanaaannya hanya pada anggaran tahunan mengunakan jangka
waaktu setahun luntuk merencanakan masa depanya.
Perencanaan Yang
berbasis Pikiran, perkembangan berikunya untuk memecahkan masalah perencanaan
berdasarkan anggaran tahunan adalah perencanaan berbasis perkiraan.
Perencanaan Yang
Berorientasi Keluar, Perencanaan berorientasi keluar sangat berbeda dengandua tipe
perencanaan sebelumnya, anggaran tahunan dan pikiran.
Manajemen Strategik (Strategik Management), untuk memasuki
lingkugan bisnis yang konpetitif dan turbulen, perusahaan memerlukan tipe
perencanaan yang tidak sekedar untuk merespon perubahan yang diperkirakan akan
terjadi dimasa depan, namun lebih dari itu.
Manajemen Startegik
terdiri dari empat tahap utama berikut ini:
1. Perencanaan laba jangka panjang (Long-range Profit Planning),
yang terdiri dari tiga langka penting berikut ini: a.
Perumusan Strategik (Strategic Formmulation) b.
Perencanaan Strategik (Strategic Planning) c.
Penyusunan Progam ( Programing) 2. Perencanaanlaba jangka pendek (shot-range
profit planning) 3. Implementasi (Implementation) 4. Pemantauan (monitoring) Kerangka
Koonseptual Pendesainan Proses Sistem Pengendalian Manajemen. Kerangka sisntempengendalian manajemen
memeberikan panduan pemilihan factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
mendesain sistem yang digunakan untuk mewujudkan tahap-tahap manajemen
Strategik. Faktor
yang berpengaruh terhadap desain proses sistem manajemen Pendesainan
proses sistem pengendalian manajemen dipengaruhi oleh tiga factor: 1. Manajemen
Strategik 2. Pegendalian manajemen 3. Minset personel Desain
Proses Sistem Pegendalian Manajemen Tiga tahap utama untuk memasuki lingkugan
Bisnis yang kompetitif dan turbulen : 1. Trendwatching and envisioning system 2.
Sistem penerjemah strategi 3. Sistem Pengolaan Sumber daya (Resource Management
System) SISTEM PERUMUSAN STRATEGIK Konsep
Strategik , Strategik adalah pola
tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi, melalaui misi.
Startegik membentuk pola pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi
organisasi. Karateristik
Keputusan Strategik Perumusan
strategic dan penerjemahan strategi kedalam langkah-langkah oprasional dipenuhi
dengan rangkaian pengambilan keputusan strategic. Suatu keputusan dikatakan
sebagai keputusan strategic (startegik decitio)n jika memahami syarat berikut
ini: 1. Keputusan tersebut mencakup beberapa bagian organisasi atau keseluruhan
komponen organisasi 2. Keptusan tersebut memerlukan perolehan dan pengalokasian
sumber daya yang cukup besar ( baik sumber daya manusia, keuangan, informasi
dan fisik) 3. Keputusan tersebut berdampak jangka panjang kemasa depan. Dengan
bantuan sistem perumusan strategi, dua manfaat penting diperoleh oleh manajemen.
Sistem perumusan starategi merupakan sistem pemampu (enabler)organisasi untuk
melaksanakan perubahan yang dituntut oleh lingkugan. Sistem ini sangat diperlukan
oleh perusahaan untuk memasuki lingkugan bisnis yang kompetitif dan turbulen.
PERUMUSAN MISI, VISI
KEYAKINAN DASAR DAN NILAI DASAR ORGANISASI.
Lingkugan bisnis telah dan akan berubah secara pesat dengan
semakin meluasnya globalisasi ekonomi. Perubahan lingkugaan ini perlu didekati
oleh organisasi dengan pendekatan efektif (hit the target), agar organisasi
mampu menghasilkan produk/jasa yang memenuhi kebutuhan costumer, sehingga mampu
berthan dan berkrmbang dalam persaingan global.
Misi merupakan the
closen track untuk menyediakan produk dan jasa bagi costumer.
Visi adalah kondisi
yang akan diwujudkan dimasa depan, yang menjanjikan kesejahteraan bagi
organisasi melalui penyedian produk jasa berkualitas bagi masyarakat.
Perwujudan visi memerlukan long and rocky journey.oleh karena itu,
semagat besar dibutuhkan untuk menyelesaikan perjalanan semacam itu. Semagat
besar hanya dapat digali dari dalam diri setiap anggota organisasi. Terdapaat
trend back to besic, principle-based, beck to nature dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapai oleh organisasi. Pembaggunan organisasi menjadi
mission-focaussed, vision-directed, philoshopy-driven, and value based
organization merupakan perwujudan principle-based apparoach dalam memecahkan
secara mendasar bebagaimasalah yang dihadapi oleh organisasi. SISTEM
PERENCANAAN STRATEGI DENGAN RERANGKA BALANCED SCOREKARD
Perencanaan strategi merupakan tahap kedua dalam strategi
management sistem sekaligus merupakan tahap kursial dalam keseluruhan proses
perencanaan menyeluruh kegiatan perusahaan (total bisnis planning). Lebih jauh
lagi, rencana startegik yang demikian dimudahkan perumusan program dan anggaran
yang konferhensif dan koherenn pula.
Telah diuraikan secara rinci keunggulan balanced scorecard dalam
melipatgandakan kerja keuangan daalam jangka panjang melalui kekonverhebsiva,
kekoheran, keterukuran, dan keseimbangan sasaran startegik yang dihasilan
dengan memahami bebagai keunggulan balanced scorecard tersebut, personel
perusahaan akan dapat memanfaatkan secara optimum rerangka balanced scorecard
untuk mendongkrak kemampuan perusahaan ssebagai institusi pelipatganda
kekayaan.
Activity-based bugeting merupakan sistem perencanaan laba jangka
pendek yang digunakan untuk menjabarkan rencana laba janngka panjang yang
dihasilkan dalampenyusunan program. Activity-based management merupakan sistem
manajemen untuk untuk mengimplemenntasikan activity-based budget.
Activity-based cost sistem merupakan sistem informasi bbiaya untuk memantau,
megendalikan dan untuk memberikan umpan balik bagi personel tentang
implementasi activity-based budget dan program.
SISTEM PENYUSUNAN
PROGRAM
Penyususnan program tidak dapat dilepaskan dari proses sebelumnya.
Program pada dasarnya merupakan penjabran lebih lanjut berbagai inisiatif strategic.
Penyususnan program juga berdampak terhadap proses berikutnya. Di lain pihak,
anggaran dalam organisasi fungsional di susun menurut fungsi-fungsi yang
dibentuk. Ketidak sesuaian susunan program dan anggaran seperti ini menimbulkan
masalah tidak adanya hubungan yang jelas antara anggaran dengan program dan
tidak adanya manajer yang bertanggunga jawab untuk mengintregasikan anggaran
fungsi dalam mewujudkan program.
Dalam organisasi lintas fungsional, program dan anggaran disusun
dan berdasarkan sistem yang dibentuk untuk memproduksi produk dan jasa guna
menghasilakan value bagi costumer. Kesesuaian antara susunan program dan
angaran ini memperjelas hubugan anggaran dengan program dan memeudahkan
penujukan menejer yang bertanggung jawab atas program daan anggaran.
Terdapat tiga sistem
penyususnan program:
1. Sistem penyusunan
program baru
2. Sistem analisis
program berjalan
3. Sistem formal
penyusunan program
Ada perusahaan yang tidak memiliki sistem formal penyusunan
program. dalam keadaan ini setiap usulan program baru dilaksanakan melalui
sistem penyusunan program baru melalui capital budgeting sistem. Jika
perusahaan memilikisistem program penyusunan anggaran, penyusunan program
dilakukan melalui tahap-tahap:
1. Pembuatan asumsi
dan panduan penyusunan anggaran
2. Penyusunan
program
3. Review dan
persetujuan program.
Penyusunan program pada hakikatnya merupakan proses perncanaan
laba jangka panjang (long range profit planning) oleh karena itu, setelah
proses kreatif penjabaran inisiatif strategic kedalam program dilaksanakan,
kemudian dilakukan perkiraan berapa laba yang dapat dihasilakan dari program
baru dan program berjalan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan dalam jangka
panjang jika laba yang dihasilkan dari berbagai program yang dipilih
dipindahkan tidak mampu memenuhi laba yang diharapkan, penyusunan program perlu
mencari peluang lain untuk mencari inisiatif starategik baru, mencari program
baru untuk melaksanakan inisiatif strategic tertentu, meguranngi investasi yang
direncanakan, mencari cara untuk meningkatkan pendapaan dan menurunkan biaya,
mengurangi program berjalan yang tidak lagi menghasilan. Manfaat projeksi
kenuangan menjadi alat penting dalam merncanakan pelaksanaan laba jangka
panjang ini.
ACTIVITY-BASED BUDGETING
Pergeseran struktur organisasi ke tim fungsional dan pergeseran
manajemen kemanjemen berbasis aaktivitas menuntut perubahan pendekatan dalam
proses penyusunan anggaran. Activity based budgeting telah menggeser pendekatan
fungsional dalam penyusunan anggaran. Rencana labar janggka pendek yang disusun
berbasis aktiifitas lebih memperjelas apayang akan dilakukan oleh personil
dalam memuasi kebutuhan costumers. Paul sharman memperkirakan bahwa
activity-based costing akan diterima oleh semua organisasi (di U.S.A) sebagai
mekanisme penentuan objek cost. Disamping itu, cross functional, prosess based,
activity based budgeting akan denga segera mengatikan fungsional based
budgeting.
ACTIVITY-BASED
MANAGEMENT
Penguragan Biaya (cost-reducation) hanya dapat dicapai secara
efektif melalaui manajemen berbasis aktifitas pendekatan pengelolaan terpadu
dan besistem terhadap aktivitas dengan tujuan untukmeningkatkan costumer value
dan laba yang dicapai dalam penyedian value tersebut. Pengelolaan aktivitas ini
ditunjukan agar proses untuk menghasilakan produk dan jasa menjadi
cost-effektif sumberdaya hanya dikorbankan untuk aktivitas penambah nilai.
Pengelolaan aktivitas dilaksanakan melalui: penghilagan, penguragan, pemilihan,
daan pembagian aktivitas.
Dimensi biaya dalam manjeman berbasis aktivitas menuntut sistem
informasi yang mampu memberikan informasi biaya untuk memotivasi personel di
dalam program jangka panjang penguragan biaya. Oleh karena itu tujuan akhir
dari manajemen berbasis aktivitas adalah penguragan biaya dalam jangka panjang,
diperlukan sistem akuntansi pertanggung jawaban berbasis aktivitas.
EFEKTIVE MANAGEMENT
CONTROL SYSTEM
Fungsi pengendalian manajemen meupakan penetu keberhasilan
perusahaan dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam proses
perencanaan. Fungsi pengendalian ditunjukan kepada personel, untuk mengatur
perilaku mereka di dalam mencapai tujuan. Pegendalian selalu berorientasi
kedepa, karena baik tujuan yang akan diwujudkan maupun perilaku yang
diharapakan merupakan objek yang berdimensi masa depan. Oleh karena itu , apa
yang terjadi dimasa lalu tidak relevan dengean pegendalian, kecuali jika apa
yang terjadi dimasa lalu dapat diprojeksikan kemasa depan.
Pengendalian
dikelompokan menjadi dua golongan:
1. Pengendalian
utama
a. Pengendalian
terhadap personel
2. Pengendalian
tambahan
a. Pengendalian
terhadap pengeluaran
b. Pengendalian
terhadap tindakan tertentu
c. Penghindaran
organisasi dari perilaku individu yang tidak diharapkan
ACTIVITY BASED- COST
SYSTEM
ABC adalah system informasi yang dimanfaatkan untuk memantau
inplementasi rencana. Sistem ini merupakan alat manajeman kontemprorer yang
didesain untuk ditetapkan dalam berbagai jenis perusahaan: manufaktur, jasa,
dan dagang.
Pada tahap awal perkembanganya, ABC system hanya dimanfatakan
untuk menghasilkan kos produk yang akurat, dengan fokuspada biaya overhed
pabrik, yang dibebankan kepada produk yang berdasarkan aktivitas yang
dikonsumsi oleh produk. Pada tahap perkembannya selajutnya, ABC system tidak
lagi hanya sekedar metode penenntuan kos produk yang akurat, namuan jauh lebeih
dari itu. ABC sistem dimanfaatkan sebagai sistem informasi biaya untuk
memeotivasi personel dalam melaksanakan improvement terhadap proses yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilakan produk dan jasa bagi costumer.
KELOMPOK V
PEMBAHASAN
A. LATAR BELAKANG MANAJEMEN
STRATEGIK
Manajemen
strategik merupakan tahap perkembangan tertinggi evolusi perencanaan yang
dipakai oleh perusahaan untuk membangun masa depannya. Proses sistem
pengendalian manajemen didesain untuk melaksanakan tahap-tahap manajemen
strategik. Oleh karena itu, sebelum diuraikan rerangka pendesainan proses
sistem pengendalian manajemen, lebih dahulu dibahas latar belakang manajemen
sebagai berikut :
1. Perubahan Lingkungan
Bisnis Menuntut Perubahan Tipe Perencanaan yang digunakan oleh Organisasi Perusahaan telah mulai menerapkan manajemen
strategik dalam membangun masa depannya. Tipe perencanaan yang digunakan oleh
perusahaan sampai dengan saat ini adalah :
Anggaran Tahunan
Perencanaan Berbasis
Perkiraan
Perencanaan berorientasi
Keluar
Manajemen Strategik
(Strategic Management)
Manajemen Strategik
terdiri dari empat tahap utama berikut ini :
a. Perencanaan laba
jangka panjang (Long-range profit planning), yang terdiri dari tiga langkah
penting berikut ini, yaitu :
Perumusan Strategi (Strategy
Formulation)
Perencanaan Strategi (Strategy
Planning)
Penyusunan program (Programming)
b. Perencanan Laba jangka
Pendek (Short-range Profit Planning)
c. Implementasi (Implementation)
d. Pemantauan (Monitornig)
2. Perusahaan Memerlukan
Sistem Manajemen untuk Melakukan Quantum Leap ke Masa Depan Organisasi perusahaan merupakan
wealth-creating institution. Perusahaan diharapkan sebagai wealth-multiplying
institution. Ketidakmampuan personel perusahaan dalam merumuskan
langkah-langkah besar dan cemerlang ditentukan oleh :
a. Kompetensi manajerial
para manajer dalam mengelola Human Capital
b. Sistem Manajemen.
Banyak perusahaan yang
hanya mengandalkan anggaran tahunan dalam menuju ke masa depan. Siklus
perencanaan dan implementasi rencana terdiri dari tiga tahap, yakni :
Penyusunan Anggaran
Implementasi Anggaran
Pemantauan
Tahap terakhir adalah
memantau implementasi rencana melalui umpan balik (feedback) dari pelaksanaan
anggaran.
B. KONSEP MANAJEMEN
STRATEGIK
Manajemen
strategik adalah suatu proses yang digunakan oleh manajer dan karyawan untuk
merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam penyediaan costumer value
terbaik untuk mewujudkan visi organisasi.
Dari definisi manajemen
strategik tersebut terdapat 4 frasa penting berikut :
1. Manajemen strategik
merupakan suatu proses.
2. Proses digunakan untuk
merumuskan dan mengimplementasikan strategi
3. Strategi digunakan
untuk menyediakan costumer value terbaik guna mewujudkan visi
organisasi.
4. Manajer dan karyawan
adalah pelaku manajemen strategik.
C. BEDA MANAJEMEN STRATEGIK
DALAM MANAJEMEN TRADISIONAL DENGAN MANAJEMEN STRATEGIK DALAM MANAJEMEN
KONTEMPORER
Manajemen
strategik dalam manajemen tradisional menggunakan pandangan luas terhadap pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan. Semua stakegolders dipandang
sama pentingnya bagi perusahaan dalam manajemen tradisional. Manajemen
strategik dipacu oleh pesaing, bukan customer, sehingga inisiatif strategik
yang dipilih lebih didominasi dengan langkah-langkah yang ditempuh untuk
mengalahkan pesaing, bukan untuk memuasi kebutuhan customers.
Sedangkan Manajemen
strategik dalam manajemen kontemporer dipacu oleh usaha untuk menghasilkan value
terbaik bagi customers , sehingga dikenal dengan nama customer
value-based model of strategic management.
D. MENGAPA MANAJEMEN STRATEGIK PERLU BERSISTEM??
Beberapa
alasan berikut ini yang menjadi dasar mengapa perusahaan-perusahaan sekarang
memerlukan sistem untuk melaksanakan manajemen strategik, yaitu :
1) Untuk menghadapi
lingkungan bisnis yang kompleks dan turbulen,
2) Perencanaan dan
implementasi rencana memerlukan konsensus,
3) Keluaran suatu
organisasi bersifat maya dan tidak terstruktur.
E. TAHAP-TAHAP MANAJEMEN
STRATEGIK
1) Perumusan Strategi
(Strategy Formulation)
2) Perencanaan Strategi
(Strategic Planning)
3) Penyusunan Program
(Programming)
4) Penyusunan Anggaran
(Budgeting)
5) Implementasi
(Implementation)
6) Pemantauan
(Monitoring)
F. MENGAPA MANAJEMEN
STRATEGIK MENJADI SUATU COMPETITIVE NECESSITY BAGI PERUSAHAAN??
Dalam
lingkungan bisnis yang kompetitif, produk dan jasa yang dihasilkan oleh
produsen hanya dapat dipilih oleh customers jika produk dan tersebut memiliki
keunggulan (distinction) dari persaingan. Hanya perusahaan yang memiliki
kemampuan untuk melipatgandakan kinerjanya akan mampu bertahan dan bertumbuh
dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. Untuk dapat melipatgandakan
kinerjanya, manajemen perusahaan perlu mencari langkah-langkah cemerlang dan
besar. Langkah-langkah tersebut direncanakan dalam tiga tahap perencanaan,
yaitu :
Perumusan Strategi
Perencanaan Strategi, dan
Penyusunan Program.
G. SISTEM PENGENDALIAN
MANAJEMEN DIGUNAKAN UNTUK MEWUJUDKAN TAHAP-TAHAP MANAJEMEN STRATEGIK
Untuk
mewujudkan manajemen strategik sebagaimana diuraikan diatas, diperlukan sistem
pengendalian manajemen yang terdiri dari : struktur sistem dan proses sistem.
Struktur pengedalian manajemen terdiri dari : struktur organisasi, jejaring
Informasi, dan sistem penghargaan. Untuk mewujudkan keenam tahap manajemen
strategik tersebut dibutuhkan proses sistem pengendalian manajemen yang terdiri
dari : sistem perumusan strategi, sistem perencanaan strategi, sistem
penyusunan program, sistem penyusunan anggaran, sistem implementasi, dan sistem
pemantauan.
H. RERANGKA KONSEPTUAL
PENDESAINAN PROSES SISTEM
Rerangka
konseptual pendesainan proses sistem pengendalian manajemen memberikan panduan
pemilihan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain sistem yang
digunakan untuk mewujudkan tahap-tahap manajemen strategik.
3 Faktor yang berpengaruh
terhadap desain proses sistem pengendalian manajemen, ialah :
Manajemen Strategik
Struktur sistem
Pengendalian Manajemen
Mindset personel
I. TIGA SISTEM UTAMA UNTUK
MEMASUKI LINGKUNGAN BISNIS YANG KOMPETITIF DAN TURBULEN
Keenam
tahap manajemen strategik dilaksanakan melalui enam sistem : sistem perumusan
strategi, sistem perencanaan strategi, sistem penyusunan program, sistem
penyusunan anggaran, sistem implementasi, dan sistem pemantauan. Keenam sistem
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok sistem utama, yaitu :
1) Trendwatching and
Envisioning System
Sistem ini sangat
diperlukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif dan
turbulen.
2) Sistem Penerjemah
Strategi
Sistem ini digunakan
untuk menerjemahkan strategi ke dalam rencana kegiatan (action plan) yang
komprehensif dan koheren. Sistem perencaan strategik merupakan sistem yang
berfungsi untuk menerjemahkan strategi ke dalam sasaran-sasaran strategik yang
komprehensif dan koheren.
3) Sistem Pengelolaan
Sumber Daya (Resource Management System)
Sistem ini berfungsi
untuk merencanakan pemanfaatan sumber daya (sumber daya modal, sumber daya
fisik, sumber daya Informasi, dan sumber daya manusia) organisasi untuk
mewujudkan sasaran-sasaran strategik, tujuan, dan visi organisasi.
KELOMPOK VI
PEMBAHASAN
A. RERANGKA PENDESAINAN STRUKTUR SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Sistem pengendalian manajemen
terdiri dari dua komponen: struktur sistem dan proses sistem. Perencanaan
kegiatan untuk mewujudkan visi organisasi dan implementasi rencana serta
pemantauan pelaksanaan rencana memerlukan suatu struktur.
Rerangka Pendesainan Sistem
Pengendalian Manajemen menggunakan Contingency approach dan human resource
leverage approach. Contingency approach mengajarkan kepada kita bahwa kondisi
lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh perusahaan menentukan desain struktur
sistem pengendalian manajemen. Human resource leverage approach diwujudkan
melalui penggunaan mindset personal yang mencerminkan kondisi lingkungan yang
dihadapi oleh perusahaan sebagai dasar umtuk mendesain struktur sistem
pengendalian manajemen.
1. KONSEP STRUKTURAL DAN RERANGKA KONSEPTUAL PENDESAINAN STRUKTUR
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN.
Struktur sistem merupakan
komponen-komponen yang berkaitan satu dengan lainnya yang secara bersama-sama
membentuk suatu sistem. Setiap komponen dalam struktur memiliki fungsi tertentu
untuk mencapai tujuan sistem. Struktur yang sehat adalah struktur yang setiap
komponennya didesain sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis yang akan
diterapi sistem tersebut.
Jika organisasi dibangun untuk
memasuki lingkungan bisnis yang menuntut kecepatan pengambilan keputusan, yang
didalam customer memegang kendali bisnis, dan yang mempekerjakan knowledge
workers, struktur organisasi yang pas dengan fungsi organisasi tersebut adalah
yang memiliki karakteristik: cepat respon, fleksibel, terintegrasi, dan
inofativ.
Langkah-langkah pendesainan struktur sistem pengendalian
manajemen:
a) Pengamatan terhadap trend perubahan yang terjadi dan akan
terjadi di lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh organisasi.
b) Merumuskan paradigma yang pas dengan karakteristik lingkungan
yang telah di gambarkan.
c) Mendesain struktur sistem pengendalian manajemen berdasarkan
mindset yang telah dirumuskan.
Pendesainan struktur sistem
pengendalian manajemen merupakan cara pengkomunikasian mindset melalui
operational behavior. Suatu cara pengkomunikasian paradigma, keyakinan dasar,
dan nilai dasar organisasi melalui peraturan, sistem dan prosedur, serta
keputusan resmi yang dibuat. Struktur sistem pengendalian manajemen dideain
untuk mengkomunikasikan customer value mindset, continuous improvement mindset,
opportunity mindset, cross functional mindset, dan employee empowerment mindset
melalui struktur organisasi, jejaring informasi, dan sistem penghargaan.
2. KOMPONEN STRUKTUR SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Struktur sistem pengendalian
manajemen merupakan wadah yang digunakan untuk menampung kegiatan perencanaan,
pengimplementasian rencana, dan pemantauan pelaksanaan rencana kegiatan. Tujuan
sistem pengendalian manajemen adalah untuk mewujudkan visi organisasi sebagai
institusi pencipta kekayaan.
Komponen struktur sistem pengendalian manajemen terdiri dari :
a) Struktur organisasi (organization structure)
b) Jejaring informasi (information network)
c) Sistem penghargaan (reward system)
1) Struktur Organisasi
Struktur organisasi menggambarkan
pengorganisasian sumber daya manusia untuk memanfaatkan sumber daya organisasi
dalam mewujudkan tujuan organisasi. Di dalam manajemen tradisional, sumber daya
manusia dipandang sebagai factor produksi, sama dengan factor produksi yang
lain seperti bahan, mesin dan ekuipmen, gedung dan tanah.
Lingkungan bisnis yang kompetitif
juga menuntut organusasi untuk menempuh focused strategi dalam memberikan
layanan yang berbeda (distinct) dari pesaing. Dalam strategi ini, organisasi
memfokuskan pada bisnis yang menjadi kompetensi intinya (core competence).
Strategi ini menimbulkan kebutuhan untuk membangun jejaring organisasi dan
untuk menjalin kemitraan dengan mitra bisnis pemasok.
2) Jejaring informasi
Jejaring informasi (information
network) merupakan komponen kedua struktur sistem pengendalian manajemen. Untuk
merencanakan, mengimplementasikan, dan memantau pelaksanaan kegiatan, disamping
diperlukan wadah untuk menampung kegiatan tersebut (struktur organisasi),
diperlukan pula jejaring informasi untuk komunikasi antarpersonel organisasi
dan antara perusahaan dengan customer, pemasok dan mitra bisnis. Dalam jaman
teknologi informasi, jejaring informasi yang dibangun oleh organisasi tidak
hanya sekedar digunakan untuk menjalankan bisnis perusahaan, namun jauh lebih
dari itu, jejaring organisasi digunakan untuk menciptakan bisnis baru, untuk
menjalin kerja sama dengan pemasok, mitra bisnis, dan customer.
3) Sistem Penghargaan
Sistem penghargaan (reward
system) merupakan komponen ketiga struktur pengendalian manajemen. Untuk
merencanakan, mengimplementasikan, dan memantau pelaksanaan kegiatan, di
samping diperlukan wadah untuk menampung kegiatan tersebut ( struktur
organisasi) dan jejaring informasi , diperlukan pula alat untuk memotivassi
personal dalam mencapai tujuan organisasi dengan perilaku yang dihharapkan oleh
organisasi.
Di dalam manajemen tradisional, para eksekutif hanya dinilai
kinerjanya dengan menggunakan ukuran kinerja yang bersifat keuangan. Ukuran
kinerja keuangan menjadikan eksekutif berpandangan sempit dan jangka pendek.
Balanced scorecard memperluas ukuran kinerja eksekutif , tidak hanya terbatas
pada perspektif keuangan, namun meluas ke berbagai perspektif yang lain:
customer, proses bisnis/intern dan pembelajaran dan pertumbuhan. Sistem
penilaian kinerja menjadi lebih komprehensif, sehingga memotivasi eksekutif
untuk memikirkan kelangsungan hidup organisasi dalam jangka panjang.
3. BAGAIMANA JIKA DESAIN STRUKTUR SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
TIDAK PAS DENGAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN BISNIS YANG DIMASUKI OLEH ORGANISASI
?
Problem yang seringkali timbul
dalam implementasi sistem pengendalian manajemen dapat diidentifikasi pada
kelemahan struktur atau kelemahan proses atau bahkan keduanya. Sistem
pengendalian manajemen tidak dapat mewujudkan tujuan sistem kemungkinan karena
strukturnya yang tidak pas dengan lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan.
Dapat juga terjadi, tujuan sistem pengendalian manajemen tidak trcapai karena
proses sistem pengendalian manajemennya lemah.
jika kita membawa organisasi ke dalam lingkungan bisnis yang di
dalamnya customer memegang kendali bisnis, maka keberhasilan organisasi untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan tersebut di tentukan oleh
:
1) Kemampuan organisasi untuk menghasilkan value terbaik bagi
customer.
2) Kemampuan organisasi untuk berbeda (distinct) dari pesaing,
umtuk dapat dipilih oleh customer.
4. BAGAIMANA JIKA DESAIN STRUKTUR
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN TIDAK SEJALAN DENGAN DESAIN PROSES SISTEM
PENGENDALIAN MANAJEMEN.
Jika kita memasuki lingkungan
bisnis yang kompetitif yang menurut organisasi memiliki karakteristik cepat,
fleksibel, terpadu, dan inovatif namun kita mendesain organisasi hirarkhis
fungsional dengan jejaring yang tinggi, meskipun organisasi tersebut dijalankan
oleh manajer yang smart, dan menggunakan strategic planning dengan balanced
scorecard dan sistem penyusunan anggaran activity based budgeting,organisasi
tersebut tidak akan mampu berfungsi dengan baik dalam lingkungan bisnis yang
turbulen tersebut. Hal yang sama akan terjadi misalnya perusahaan sudah
mendesain struktur organisasi, jejaring informasi, dan sistem penghargaan yang
pas dengan tuntutan lingkungan bisnis global, namun masih menggunakan proses sistem
pengendalian manajemen seperti functional based budgeting, strateginya masih
difokuskan ke usaha untuk mengalahkan pesaing, maka tujuan untuk menjadikan
organisasi sebagai institusi pencipta kekayaan tidak akan berhasil.
Oleh karena itu, desain proses sistem pengendalian
manajemen harus didasarkan pada desain struktur pengendalian manajemen dan
berbagai mindset yang telah dirumuskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar