Jumat, 29 September 2017

desain proses

1 | P a g e
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap upaya untuk mencapai suatu tujuan, umumnya dilakukan dengan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu proses. Suatu proses adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk, berupa barang atau jasa ataupun gagasan, dengan cerminan sebagai suatu komitmen manajemen dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam rangka pencapaian suatu tujuan, maka pelaksanaan kegiatan yang dilakukan akan dapat berbeda, antara pengarahan seorang pimpinan dengan cara arahan pimpinan lainnya. Perbedaan cara arahan tersebut disebabkan oleh perbedaan desain proses yang ditetapkan oleh pimpinannya.
Dalam menjalankan proses yang baik, maka cara yang harus dikembangkan adalah bagaimana menetapkan tugas dan menyusun tugas-tugas itu dalam satu proses, untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya perlu dilakukan pengaturan atau penyusunan pelaksanaan tugas itu dalam suatu proses yang efisien. Perlu pula disadari bahwa sangat erat kaitannya, antara kualitas dengan proses efisien.
2 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisis Proses dalam Operasi Produksi
Seperti diketahui bahwa proses adalah cara, metode, dan teknik bagaimana sesuangguhnya sumber daya, yaitu tenaga kerja, mesin, bahan dan Modal yang ada dapat diolah menjadi hasil atau produk.
Dengan demikian, maka spesifikasi proses yang akan digunakan ditentukan oleh spesifikasi produk yang akan dihasilkan. Sehingga dalam kajian proses, maka yang menjadi perhatian adalah spesifikasi produk yang akan ditekankan dalam pengarahan spesifikasi proses yang dibutuhkan, untuk menghasilkan produk.
Dalam menjalankan proses yang baik, maka cara yang harus dikembangkan adalah bagaimana menetapkan tugas dan menyusun tugas-tugas itu dalam satu proses, untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya perlu dilakukan pengaturan atau penyusunan pelaksanaan tugas itu dalam suatu proses yang efisien. Perlu pula disadari bahwa sangat erat kaitannya, antara kualitas dengan proses efisien.
Perlu untuk memahami bagimana kerja dari proses yang penting agar dapat menjamin terdapatnya kemampuan bersaingnya suatu perusahaan. Proses yang tidak sesuai atau tidak memenuhi apa yang dibutuhkan perusahaan, maka organisasi perusahaan akan mendapat ganjaran hukuman berupa terdapatnya kerugian perusahaan pada setiap menit operasi perusahaan.
a. Peta Arus Proses (Process Flow Charting)
Pemahaman tentang proses yang harus ditekankan adalah bahwa tujuan atau maksud dari analisis adalah suatu cara kritis untuk dapat menetapkan tingkat yang terinci dalam memodelkan suatu proses. Analisis yang dilakukan haruslah dijaga agar dapat dilakukan dan disampaikan dengan sesederhana mungkin. Selanjutnya perlu didalam secara rinci tahap-tahap penyusunan arus proses, dan perlu dipersiapkan pola pengukuran yang tepat untuk jenis proses yang berbeda.
Haruslah dapat dipahami bahwa, sering kali kegiatan atau aktivitas yang terkait dengan suatu proses, saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Oleh
3 | P a g e
karena itu, dalam suatu kegiatan adalah penting untuk diperhatikan akan performa dan simultan dari sejumlah aktivitas atau kegiatan keseluruhan yang beroperasi pada waktu yang sama. Adapun cara yang terbaik untuk memulai penganalisian suatu proses adalah dengan menggunakan diagram yang menggambarkan unsur – unsur dasar dari suatu proses, khususnya tugas, arus atau aliran.
 JENIS – JENIS PETA ARUS
Terdapat kegunaan untuk mengkategorisasikan proses peta arus, guna dapat mudah menggambarkan bagaimana suatu proses dapat didesain secara baik. Ada kemudahan secara cepat untuk mengkategorisasikan suatu peta arus, sehingga dapat mudah menggambarkan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang terdapat diantara proses.
Adapun jenis – jenis Peta Arus adalah sebagai berikut :
 Make to Order
 Make to Stock
 Hybrid
b. Pengukuran Performansi Proses
Terdapat banyak variasi dalam cara mebuat metriks performansi yang sering dihitung dalam penggunaan praktek. Dalam hal ini perlu dirumuskan cara yang konsisten, dan telah banyak digunakan dalam praktek. Adapun yang penting dalam hal ini adalah untuk dapat memahami secara nyata bagaiman suatu metriks yang telah dihitung dari suatu perusahaan atau industri tertentu dapat digunakan untuk membuat suatu keputusan.
Hal ini sama dengan penilaian ukuran keuangan bagi akuntan, maka metriks performansi proses pada dasarnya dapat memberikan kepada manajer operasi produksi, tentang ukuran bahan pokok dalam menetukan bagaimana tingkat produktifnya proses yang dilakukan sekarang. Hal ini akan sekaligus mengukur apakah tingkat produktivitas telah berubah selama waktu operasi dilakukan. Sering terjadi bahwa manajer operasi produksi membutuhkan terdapatnya peningkatan perbaikan kinerja atau performansi dari suatu proses atau proyek yang merupakan dampak dari perubahan yang telah diprogramkan. Didalam operasi produksi, nilai metriks itu selalu terdapat hubungan antara satu nilai dengan nilai lainnya, seperti :
4 | P a g e
 Utilisasi
 Produktivitas, dan
 Efisiensi
 Set up time dan Operation Time
c. Pemetaan Aliran Nilai (Value-Stream Mapping)
Terdapat variasi dari pemetaan fungsi waktu, salah satunya adalah Pemetaan aliran Nilai atau Value Stream Mapping (VSM). Dengan pemetaan ini, gagasan yang dimulai dari pelanggan, dan diikuti dengan pemahaman tentang proses operasi produksi, akan tetapi pemetaan aliran nilai VSM, juga memperluas kembali analisis ke pemasok. VSM harus memperhatikan tidak saja proses, tetapi juga keputusan manajemen dan sistem informasi yang mendukung.
Pendekatan yang dilakukan dala hal ini, adalah secara penuh dalam memahami proses dari pelanggan sampai ke pemasok. Walaupun pet aliran atau arus nilai (VSM) menimbulkan suatu kerumitan, tetapi pembangunan konstruksinya adalah mudah.
Langkah–langkah yang dibutuhkan untuk melengkapi peta aliran nilai adalah :
1) Dimulai dengan simbol untuk pelanggan, dan operasi produksi yang dapat menjamin untuk suatu gambaran besar yang menyeluruh.
2) Memasukkan pesanan pelanggan yang dibutuhkan
3) Menghitung besarnya produksi harian yang dibutuhkan
4) Memasukkan kebutuhan pengiriman dari luar ( outbound shipping) dan frekuensi delivery-nya.
5) Menentukan metode inbound shipping dan frekuensi delivery-nya.
6) Menambahkan langkah-langkah proses, seperti mesin dan perakitan.
7) Menambahkan metode komunikasi, menambahkan pula frekuensinya, dan menggambarkan arh komunikasi dengan garis panah.
8) Menambahkan pula besaran inventory, yang ditempatkan diantara setiap langkah dari keseluruhan alur arus.
9) Menentukan waktu kerja dari keseluruhan, yang tidak perlu dimasukkan besarnya nilai waktu tambahan.
5 | P a g e
2. Seleksi dan Desain Proses
Suatu proses merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meghasilkan suatu produk, berupa barang atau jasa, ataupun gagasan dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain, proses berkaitan dengan langkah-langkah pentranformasian input menjadi output, guna mencapai suatu tujuan. Dalam cara pelaksanaan proses, terdapat perbedaan cara pendekatan atau metode dan teknik, yang digunakan dalam pentranformasian input menjadi output.
a. Seleksi dari Proses
Seleksi dari proses merupakan penetapan cara pentransformasian produk, berupa barang dan jasa yang akan diorganisasikan. Implikasi dari keputusan atau seleksi proses adalah untuk perencanaan kapasitas, penetapan keputusan tata letak, pemilihan peralatan dan desain dari sistem kerja. Umumnya penseleksian proses dibutuhkan dalam rangkaian masalah, seperti perencanaan untuk suatu produk baru.
Penseleksian proses dapat terjadi secara periodik, yang disebabkan oleh perubahan teknologi dalam produk atau peralatan, serta kemungkinan terdapat tekanan atau tantangan dari persaingan. Pada dasarnya penseleksian dan perencanaan kapasitas, haruslah cocok atau sesuai dengan desain sistem.
Seleksi proses dan penetapan tata letak fasilitas adalah sangat dekat keterkaitannya. Prakiraan ramalan, desain produk berupa barang atau jasa, dan pertimbangan teknologi, seluruhnya punya pengaruh pada penseleksian proses adalah saling terkait, dan sering saling dikerjakan bersama.
JENIS-JENIS PROSES OPERASI PRODUKSI
Terdapat lima jenis proses dasar dari operasi produksi, yaitu :
 Job Shop
 Batch
 Repetitive (Berulang-ulang)
 Continuous
 Proyek
6 | P a g e
b. Strategi Fokus Dalam Proses
Suatu keputusan utama dari seorang manajer operasi produksi adalah untuk mendapatkan cara yang terbaik dalam menghasilkan produk, dan upaya untuk mengurangi terjadinya pemborosan dalam penggunaan sumber-sumber daya. Suatu strategi dari proses adalah suatu pendekatan organisasi, untuk mentransformasikan sumber-sumber daya ke dalam produk, berupa barang dan jasa. Proses yang dipilih akan mempunyai pengaruh dalam jangka panjang, terutama untuk bidang efisiensi dan fleksibilitas dari operasi produksi, seperti halnya dengan biaya dan kualitas dari produk.
Tujuan dari suatu strategi proses adalah untuk membangun proses operasi produksi yang memenuhi persyaratan atau kebutuhan pelanggan, dan memenuhi spesifikasi produk di dalam batasan biaya dan batasan manajemen lainnya. Setiap barang dan jasa, umumnya dibuat dari pilihan satu dari variasi empat strategi proses. Keempat strategi proses itu adalah :
 Strategi Fakus Proses
 Strategi Fokus Repetitif
 Strategi Fokus Produk
 Strategi Fokus Kastomisasi
c. Desain Proses Jasa
Di dalam mendesain proses jasa, perlu diperhatikan terdapatnya interaksi dengan para pelanggan. Interaksi dengan para pelanggan, sering berpengaruh pada hal-hal yang dapat merugikan performansi proses. Hanya saja perlu diingat, bahwa dalam pelaksanaan proses jasa terdapat tingkat interaksi dan kastomisasi yang dibutuhkan.
Pada dasarnya, para manajer operasi selalu mendesain proses jasa untuk mendapatkan tingkat spesialisasi yang terbaik. Para manajer operasi juga harus dapat menjaga kebutuhan interaksi pelanggan dan kastomisasi. Untuk ini, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
1) Harus dapat memfokuskan secara ekstensif pada sumber daya manusia, agar dapat menghasilkan jasa yang masif dan jasa yang profesional.
2) Menekankan perlunya personalisasi jasa, yang membutuhkan keterlibatan tenaga kerja, sehingga diperlukan adanya penseleksian dan pelatihan tenaga yang tepat.
7 | P a g e
3) Perlu peran umpan balik atau feedback dari pelanggan, sebagai dasar pengendalian yang ketat dalam menjaga standar kualitas jasa.
4) Intensitas tenaga kerja untuk memungkinkan dilakukannya inovasi di dalam proses teknologi dan Scheduling.
Pada dasarnya, peluang untuk meningkatkan suatu proses jasa dapat dilakukan melalui penyempurnaan pengaturan tata letak atau layout dari peralatan yang dibutuhkan.
3. Seleksi Peralatan dan Teknologi
Suatu keputusan penseleksian peralatan dan teknologi akan menjadi rumit, karena metode alternatif dari operasi produksi, haruslah dipresentasikan secara virtual untuk seluruh fungsi operasi produksi, seperti rumah sakit, restoran atau fasilitas manufaktur.
Untuk membuat keputusan ini, personalia dari operasi produksi harus dapat mengembangkan dokumentasi, yang mengindikasikan besarnya kapasitas, dan toleransi dari setiap opsi pilihan, seperti kebutuhan akan perawatannya. Pemilihan yang terbaik akan peralatan yang terbaik, haruslah dilakukan dengan memahami industri yang akan menggunakannya dan proses yang digunakan dan teknologinya.
a. Teknologi Menjadi Dasar Keunggulan Bersaing
Pemilihan peralatan untuk jenis proses tertentu, dapat memberikan keunggulan bersaing, karena teknologinya. Beberapa perusahaan telah mengembangkan mesin yang unik atau mengembangkan teknologi yang terbangun di dalam prosesnya, sehingga akan dapat menghasilkan suatu keunggulan.
Inovasi dan modifiksi mesin dan peralatan, dapat juga memungkinkan untuk menjaga kestabilan proses operasi produksi, di dalam penyesuaian dan juga dalam pelatihan operasi dan pemeliharaan. Dalam hal tertentu, peralatan khusus sering dapat memberikan cara dalam memenangkan persaingan. Demikian pula teknologi modern dapat juga memungkinkan untuk manajer operasi produksi dapat melakukan perluasan atau memperbesar lingkup dari peralatan proses.
8 | P a g e
b. Teknologi Operasi Produksi
Pada umumnya teknologi yang lebih maju, akan dapat mempengaruhi strategi manajemen operasi produksi yang nyata. Hal ini terjadi karena pertumbuhan akhir-akhir ini di dalam produktivitas, yang umumnya datang dari penerapan teknologi operasi produksi. Khususnya dalam bisnis jasa, perkembangan nyata akhir-akhir ini adalah bersumber dari pengolahan yang memanfaatkan teknologi informasi.
Dalam teknologi hardware, umumnya telah dihasilkan dalam proses yang otomatis, sehingga mempunyai dampak pada perusahaan-perusahaan manufaktur di banyak industri. Kemajuan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu sistem hardware atau perangkat keras, dan sistem software atau perangkat lunak.
c. Keunggulan Teknologi yang berkesinambungan.
Dalam keunggulan teknologi, pada dasarnya tidak dapat dikesampingkan peran proses re-desain, yang memikirkan kembali proses bisnis yang mendasar yang dapat memberikan peningkatan dramatis dalam performansi proses. Seharusnya setiap manajer operasi produksi, haruslah dapat membantu menciptakan keunggulan teknologi, melalui upaya memikirkan emapat R, atau 4R yaitu :
1) Resources atau sumber daya yang digunakan dalam proses operasi produksi,
2) Recycling yang dikaitkan dengan material produksi dan komponen produk,
3) Regulasi yang digunakan
4) Reputasi Perusahaan
Keempat faktor itu haruslah dapat memberikan pertalian hubungan manajer dalam menjalankan kegiatan operasi produksi secara baik, terutama dalam pemantapan dan pengembangan operasi.

design produck

BAB II
PEMBAHASAN
A. Desain Produk Berupa Barang Atau Jasa
Produk adalah sesuatu yang dapat memberi manfaat bagi yang memiliki atau yang menggunakannya, yang dapat berupa barang atau jasa, ataupun informasi dan gagasan. Dalam istilah produk terdapat perbedaan pemahaman antara barang dan jasa. Produk yang berupa barang adalah sesuatu yang berbentuk, sehingga dapat disimpan dan diperjualbelikan. Sedangkan jasa merupakan sesuatu yang tidak berbentuk dan tidak dapat disimpan, sehingga tidak dapat diperjual belikan.
Produk yang berupa barang dapat dipindah-pindahkan letak fasilitasnya, dapat ditentukan besaran biayanya, dan aktivitas penjualannya berbeda dengan produksi dimana aktifitas produksinya mudah di otomatisasi, sedangkan jasa sulit diukur kualitasnya, dimana aktivitas penjualannya merupakan bagian dari jasa, letak dari fasilitasnya penting dan dibutuhkan untuk kontak bagi relasi pelanggan.
1. Desain Produk Berupa Barang
Dalam pengembangan desain atau redesain dari suatu produk, haruslah dilakukan dengan dasar : apa alasan untuk melakukannya dan apa tujuannya alasan dilalukannya desain atau desain produk adalah untuk dapat dicapainya keberhasilan dan kemakmuran suatu suatu organisasi perusahaan. Untuk itu maka perlu diperhatikan berbagai kegiatan dan tanggung jawab yang mencakup atau mempengaruhi bidang-bidang fungsional yang terkait dala organisasai, terutama pemasaran dan operasi produksi.
 Kegiatan dan tanggung jawab itu adalah :
1. Menterjemahkan keinginan dan kebutuhan pelanggan ke dalam produk yang akan dibuat, baik dalam operasi produksi maupun pemasarannya.
2. Merumuskan kembali produk yang sekarang dalam pemasarannya, dan menjaring produk yang ada dipasar.
3. Mengembangkan produk baru, baik dalam operasi produksi maupun dalam pemasaran.
4. Memformulasikan sasaran dari desain atau redesain produk dalam mutu atau kualitas, dengan kaitannya untuk pemasaran dan operasi produksi.
5. Memformulasikan sasaran biaya, yang berkaitan dengan operasi produksi keuangan dan akuntansi
6. Membangun dan menguji propotipe, yang terkait dengan operasi produksi, pemasaran dan teknik.
7. Dokumen spesifikasi.
Pada dasarnya desain produk mempunyai implikasi stratejik untuk keberhasilan dan kemakmuran organisasi perusahaan, umumnya desain produk yang dilakukan punya dampak pada organisasi kedepan. Oleh karena itu, keputusan dari desain produk menjadi sangat penting, sehingga pimpinan organisasi harus membuatnya.
Terdapat faktor yang memunculkan peluang dan ancaman pasar, sehingga terjadinya perubahan yang mendorong perlunya kegiatan desain produk baru, antara lain adalah ;
1. Faktor ekonomi
2. Faktor sosial dan demografi
3. Faktor politik, liabilitas dan legal
4. Faktor persaingan
5. Faktor biaya dan ketersediaan
6. Faktor teknologi
a. Proses Desain Produk
Tantangan yang sering dihadapi industrimanafaktur dalam proses desain produk adalah dapat cepatnya produk masuk pasar, dan mendapatkan pasar. Dalam proses desain ini, perlu diketahui bahwa bagaimana mengerjakan dan menghasilkan suatu produk yang didesain. Dan bagaimana proses menghasilkan produk itu menjadi bahasan yang penting dalam manajemen operasi produksi.
Desain produk merupakan suatu tindakan yang kritikal dalam menghadapi tingkat persaingan yang ketat. Pelanggan harus tetap dijaga perasaannya, sehingga dapat tetap tanggap atas permintaanya dipasar. Dengan perubahan cita rasa pelanggan dan adanya pengaruh dari perubahan bahan, maka akan berpengaruh pada pentingnya peran fungsi desain produk. Peran dan fungsi desain akan meningkat, akibat tekanan dari masalah persaingan biaya dan adanya uapaya yang harus ditekankan pada kebutuhan untuk memberikan nilai yang terbaik bagi pelanggan.
Proses desain produk pada dewasa ini sering dialihdayakan atau outsource seperti yang dilakukan oleh beberapa organisasi perusahaan. Dengan mengalihdayakan proses desain produk, maka beberapa perusahaan menspesialisasikan aktifitasnya dalam manufaktur produk, dengan upaya mendorong keberhasilan perusahaan lain. Perusahaan perusahaan seperti ini sering, sering dikenal sebagai manaufaktu kontraktor
b. Permasalahan dari desain produk
Dalam desain produk, pertama-tama yang harus diperhatikan adalah tujuan dari produk desain yang diperlukan. Fokus utama dari suatu desai produk adalah upaya pencapaian kepuasan pelanggan. Adapun hal yang mendasar dari suatu fungsi desain produk ialah memahami apa yang menjadi keinginan pelanggan, dan desain apa yang mereka pikirkan. Pemasaran dalam hal ini merupakan sumber informasi yang penting.
Yang perlu dicatat adalah laba merupak sutau pengukuran yang menyeluruh efektivitas dari suatu desai produk. Hal ini karena interval waktu anatara fase desain produk dan hasil realisasi laba. Dalam interval waktu itu, perlu dipertimbangkan adanya ukiran yang lebih segera dapat diterapka atau digunakan.
Umumnya untuk peralatan elektronik yang berteknologi maju, maka yang penting adalah faktor desain. Faktor kedua berikutnya dalam desain produk adalah
faktor yang berhubungan dengan fungsi, biaya dan laba potensial (terutama dalam organisasi yang berorientasi pada laba), merupaka pertimbangan yang mudah diukur. Perusahaan seperti ini antara lain adalah perusahaan assembling dan perusahaan maintenance. Adapun hal yang sangat krusial untuk desainer adalah pertimbangan besarnya kapabilitas operasi organisasi bagi pencapaian desain yang cocok untuk besarnya kapabilitas itu.
c. Desain prosuk untuk pelanggan
Dalam pelaksanaan desain produ untuk pelanggan, maka sebelumnya secara terinci perlu diketahui bagaimana dan mengapa kegiatan desain itu dilakukan. Engan demikian, akan dapat direfleksikan atau diedit permasalahan desain dilihat dari pandangan penggunanya. Pada masa lalu, banyak perusahaan dapat menangkap peluang upaya teknologi dan pengembangannya dalam desain produk, terutama terdapat dalam bidang produk elektronik. Sehingga dalam hal ini bedampak banyak produk yang mempunyai fitur teknologi.
Terdapat banyak pembeli produk elektronik yang tidak dapat secara penuh mengoperasikan produk itu, sehingga mereka hanya memperhatikan sejumlah fitur yang ada. Dalam produk-produk elektronik, yang banyak terdapat adalah desain estetiknya, yang umumnya ditujukan untuk menarik keindahan produk itu. Sering pula ditemui, produk itu didesain secara lengkap dan rinci, sehingga akibatnya banyak penggunanya tidak dapat memahami kegunaan ciri atau karakteristik, karena terbatasnya pengetahuan produk itu, sehingga dianggap hal itu tidak logis.
d. Desain produk untuk manufaktur dan assembling
Adapun pengertian tentang istilah desain mempunyai banyak arti. Beberapa diantaranya, diartikan sebagai desain estetika dari suatu produk, seperti bentuk eksternal dari sebuah mobil, atau warna, tekstur dan kotak selubung yang dapat dioperasikan. Dalam hal lain, desai dapat diartikan sebagai upaya untuk membangun parameter dasar darisuatu sistem.
Interprestasi dari kata desain, dapat dilakuakan dari pendetailan atas bahan-bahan, bentuk dan toleransi bagian individual dan toleransi bagian tertentu dari produk. Hal ini terjadi karena merupakan suatu kegiatan yang dimulai dengan sketsa dari bagian-bagian dan perakitan, yang kemajuan kegiatannya didukung dengn desain bantuan komputer. Secara konvensional atau tradisioanal, penggambaran yang dilakukan untuk manufaktur atau pabrikan, dan teknik perakitan, dengan tugas utamanya mengoptimasikan proses yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi.
Pada umumnya sering terjadi pada tahap manufaktur dan perakitan, terdapat permasalahan yang diperbincangkan dan dipertanyakan tentang terjadinya perubahan desain. Umumnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan haruslah dilakukan secara bekerja sama selama tahap desain, agar dapat dihindari timbulnya masalah lain yang dapat terjadi.
e. Aplikasi DecisionTrees untuk desain produk
Pohon keputusan atau dikenal dengan DecisionTreesdapat digunakan untuk dasar dalam membuat suatu produk baru. Seperti halnya untuk memperluas varietas produk, yang merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh manajemen perusahaan. Dengan menggunakan pohon keputusan akan dapat membantu dalam menganalisis serangkaian keputusan dengan bermacam-macam hasil kajian yang dapat diperoleh.
Untuk membentuk satu pohon keputusan yang akan membantu dalam suatu analsisi pengambilan keputusan, maka perlu diikuti langkah-langkah berikut :
1. Yakinkan lebih dahulu bahwa seluruh alternatif yang mungkin dapat, dan adanya pernyataan tentang keadaan yang dicakup dalam pohon keputusan.
2. Hasil yang dicapai setelah terakhir dimasukan dari cabang pohon yang tepat.
3. Objektif dari keputusan adalah untuk menentukan besarnya nilai yang diharapkan dari setiap rangkaian kegiatan.
2. Desain produk berupa suatu jasa
Umumnya yang banyak dibahas tentang desain adalah desain produk yang berupa barang, sedangkan pembahasan desain produk berupa jasa masih terbatas. Dalam industri jasa tercakup beberapa bentuk antara lai perbankan, keuangan, asuransi, dan lainnya. Terdapat pula dalam bentuk lainnya seperti penganguktan, perhotelan dan pariwisata. Disamping itu, ada pula yangterkait dengan komunikasi dan informasi.
Produk ysng ditawarkan suatu perusahaan jasa dapat dapat berkisar dalam prosedurmedis. Dalam kaitan dengan pelayanan bidang medis ini, hanya mninggalkan bekas bekas kecil, luka berupa goresan setelah proses pembedahan, seperti pembedahan usus buntu. Terdappat pula bentuk-bentuk pelayanan, seperti salon kecantikansalon potong rambut dan salon cuci rambut dengan shampoo.
a. Pemahaman tentang produk jasa
Jasa merupakan suatu output yang dihasilkan sebagai produk yang tidak berbentuk, tetapi dapat dimanfaatkan oleh penggunanya. Sehingga dapat dirumusakan sebagai suatu hasil aktivitas atau manfaat yang dapat diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat tidak dapat dipegang atau tidak berbentuk, bersifat intangible. Oleh karena itu suatu produk jasa tidak dapat menghasilakn kepemilikan bagi satu pihak.
Pada dasarnya produk produk jasa berbeda dengan produk barang hasil manufaktur. Walaupun produk jasa intangible, dan produk barang bersifat tangible, tetai masih terdapat perbedaan lainnya. Perbedaan tersebut tercermin pada, bahwa produk jasa tidak dapat dijua, sedangkan produk barang dapat dijual lagi. Produk jasa tidak muncul sebelum di beli atau dibayar, sedangkan produk barang dapat didemonstrasikan. Produk jasa tidak dapat disimpan, sedangkan produk barang dapat di simpan. Selain itu,
proses produksi dan konsumsi dari produk jasa dilakukan berbarengan, sedangkan proses produksi produk barang mendahului prses konsumsi.
Jasa adalah suatu yang dihasilkan dan dikonsumsi secara simultan, oleh karena itu suatu jasa tidak pernah ada, kecuali karena sudah nyata.
Produk jasa dapat digolongkan :
 Personel service
 Profesional service
 Capital intensive service
 Mass service
Selain itu jasa juga dapat dibedakan:
 Jasa yang diberikan dengan dasar peralatan
 Jasa dengan kehadiran klien
 Jasa kebutuhan pribadi
Proses teknologi jasa membutuhkan :
 Kontak pelanggan
 Intensitas tenaga kerja
 Tren otomatisasi jasa
 Matriks proses jasa
b. Proses desain produk jasa
Desain produk jasa merupakan suatu tindakan yang kritikal dalam menghadapi tingkat persaingan yang tajam dalam bisnis jasa. Pelanggan haruslah dapat dijaga perasaannya, sehingga dapat tetap tanggap ats permintaannya akan jasa pelayanan yang diberikan.
Peran desain jasa dapat ditingkatkan dengan pengembangan merek pada jasa, yang menjadi tantangn diferensiasi produk jasa yang tidak berwujud. Merek jasa memiliki peran khusus pada perusahaan jasa, karena merek yang kuat dapat meningkatkan kepercyaan pelanggan atas pembelian jasa yang tidak kelihatan dan tidak berwujud.
Walaupun jasa itu tidak berwujud dan tidak kelihatan, tatapi jasa itu dapat dirasakan oleh penggunanya. Dengan merek yang dirancang akan dapat menjadi sesuatu yang dikatakan orang tentang merek jasa itu, sehingg dapat dipahami tentang bagaimana perusahaan melakukan pemberian jasa itu. Tentunya denga desai merek yang kuat, akan merupaka suatu janji perusahaan dalam pemberian kepuasan dimasa depan.
Merek jasa yang kuat akan memungkinkan pelanggan melakukan visualisasi dan memahami produk jasa yang diberikan, yang tentunya bersifat tidak berwujud.
Desain jasa haruslah berfokus pada proses pertambahan nilai, menuju pada penciptaan nilai pengalaman dari para pelanggan atau pengguna jasa itu. Permasalahan yang harus dicari adalah, bahwa jasa bukan saja tidak berwujud bagi para pelanggannya, tapi juga tidak berwujud terhadap para pegawai internal perusahaan jasa itu. Dengan demikian, maka merek jasa dapat merupaka peluang unutk menanamkan citra layanan jasa perusahaan terhadap pelanggan dan pegawai perusahaan jasa itu. Hal ini terjadi karena suatu merek jasa merupakan kesempatan untuk menanamkan gambaran kualitas layanan jasa kepada para pelanggan.
c. Dukungan desain produk jasa
Pada umunya suatu desain produk jasa, ditujukan untuk dapat memberikan layanan jasa kepada para pengguna atau para pelanggannya secara memuaskan. Dengan desai produk jasa yang baik tidak hanya dapat memberikan kepuasan, tetapi dapat pula meningkatkan keperyaan para pelanggannya.
Dukungan desain produk jasa yang baik, diberikan oleh penyiapan konsep dari proses pelayanan jasa dan penyiapan ukuran performa mutu layanan jasa. Konsep dari proses layanan jasa dari Alberecht & Zemke (1985) menekankan pada hubungan segi tiga jasa dari empat unsur yaitu :
1. Pelanggan (Customer)
2. Orang (people)
3. Sistem
4. Strategi
Dalam tahapan jasa layanan yang kurang memuaskan, akan dapat mempengaruhi penciptaan nilai pengalaman yang kurang baik, dan ini akan dapat berakumulasi. Kondisi itu sering dikenal sebagai moment of truth yaitu kesan pelanggan selama dalam layanan siklus jasa. Pengaruh kumulatif pada pelanggan atau pengguna jasa akan menentukan mau tidaknya pelanggan mengulangi penggunaan layanan jasa tu kembali.
Suatu kontak pelanggan adalah merupakan desain konta layanan jasa. Kontak pelanggan berada dalam sistem penyampaian atau pengiriman jasa, yang terdiri dari unsur fisik yaitu teknologi, arus proses, jenis proses serta lokasi dan besarnya layanan. Di samping unsur fisik, terdapat unsur tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia. Akhir dari segi tiga layanan jasa adalah pengukuran atau measurement, yang umumnya adadalam nilai kualitatif dan kemudian dikuantifikasikan.
d. Aplikasi Desain Produk jasa
Pada dasarnya desain produk jasa merupakan tangtangan, karena produk jasa umumnya sering bersifat unik. Adapun salah satu alasan, mengapa sering dilakukan penyempurnaan desain produk jasa, adalah terdapatnya tingkat produktifitas dalam produk jasa yang rendah. Hal ini karena, baik desain maupun penyerahan atau delivery produk jasa sering terlambat, termasuk interaksi dengan pelanggan partisipasi pelanggan dalam desain dan pemasokan.
3. Pengembangan Produk (Product development)
Setiap organisasi perusahaan akan selalu berupaya untuk menjaga kelangsungan usahanya dipasar. Upaya itu dilakukan dengan selalu mengembangkan produknya agar tetap dapat diminati para pelanggannya dan agar dapat mempunyai keunggulan bersaingnya dipasar. Dengan demikian, suau organisasi perusahaan selalu berupaya untuk menindak lanjuti pengembangan produknya. Hal ini menunjukan bahwa keunggulan bersaing jangka panjang dari suatu perusahaan adalah tergantung dari keberhasilan organisasi meningkatkan kepabilitas pengembangan produknya.
a. Pemahaman Tentang Pengembangan Produk
Pada dewasa ini, pengembangan produk mencakup penciptaan sesuatu yang dibutuhkan dalam memasarkan produk, yang meliputi pendanaan, pendistribusian,promosi, dan pemberian layanan teknis.Produk haruslah dikembangkan, karena produk itu akan mati dipasar, sehingga untuk itu harus dibenahi atau disempurnakan agar pengguna atau pelanggan akan tetap menggunakan atau membeli produk itu. Seandainya produk itu tidak diminati lagi, amaka organisasi perusahaan haruslah melakukan penggantian produk itu.
Dengan penggantian dan penyempurnaan produknya, maka perusahaan itu haruslah selalu siap memikirkan, bagaimana membuat dan menghasilkan suatu produk baru. Dalam mengahasilkan produk baru, suatu perusahaan haruslah menyiapkan serangkaian keputusan tentang penseleksian produk.
b. Proses Pengembangan Produk
Dalam pengembangan produk, terdapat suatu proses generik, yang merupakanpenggambaran langkah-langkah dasar yang dibutuhkan dalam mealakukan desain suatu produk. Proses generik pengembangan produk ini menunjukan urutan langkah langkah atau kegiatan dasar yang dilakukan para pekerja suatu perusahaan. Hal ini dilakukan dengan pengerjaan penyusunan rencana, penetapan desain produk dan mempersiapka upaya untuk membawa produk kepasar.
Dalam proses pengembangan produk terdapat enam fase, yaitu :
 Fase nol perencanaan
 Fase 1 pengembangan produk
 Fase 2 desain tingkat sistem
 Fase 3 detail atau rincian desain
 Fase 4 pengetesan dan pemurnian
 Fase 5 penyeapan atau Ramp-up produksi
c. Menghasilkan Produk Baru (Generating New Products)
Suatu hal yang penting dari kemampuan organisasi perusahaan adalah untuk dapat menawarkan penyerahan bermacam produk. Dalam hal ini, pertimbangan waktu perusahaan untuk mengembangkan suatu produk baru dan mengkonven
prosesnya kedalam waktu untuk menyampaikan penawaran produk baru. Bila hal ini tidak dipertimbangkan, maka kemungkinan produk itu tidak lagi diterima pasar, walaupun produk lama telah dikembangnkan, sehingga harus dipikirkan untuk membuat produk baru.
 Pemahaman arti produk baru
Pada umumnya istilah produk baru diartikan berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Dalam hal ini terdapat pemahaman tentang produk baru yang mengartikan sebagai produk yang sama sekali baru atau suatu yang baru terdapat didunia. Kategori lini produk baru mencakup pula permasalahan imitasi produk, yang banyak dikenal sebagai produk me-too.
 Peluang produk baru
Terdapat beberapa peluang baru yang dapat dimanfaatkan oleh suatu organisasi perusahaan, bila dalam organisasi itu telah terbangun suatu struktur. Struktur yang penting secara internal adalah kapabilitas, membuka komunikasi dengan pelanggan, mempunyai budaya organisasi yang inovatif, mempunyai R&D yang agresif, kepemimpinan atau leadership yang kuat, dan punya insentif formaal, dan pelatihan. Hanya perusahaan-perusahaan yang dapat memfokuskan pada peluang produk baru tertentu, akan dapat berhasil secara energik dan menguntungkan.
 Proses produk baru
Dalam upaya untu menghasilkan produk baru, perlu diketahui bagaimana produk baru itu dibuat, dan perlu diperhatikan adanya berbagai akrifitas atau kegiatan yang harus dilakukan. Sehingga dengan demikian, maka perlu dipelajari bagaimana proses produk baru itu secara menyeluruh. Proses ini merupakan kombinasi dari langkah-langkah, kegiatan-kegiatan, keputusan-keputusan, dan sasaran, sehingga semuanya tergabung kedalam suatu produk baru yang diharapkan oleh suatu organisasi perusahaan.
Pada dasarnya, proses dari produk baru terdiri dari lima fase kegiatan antara lain sbb:
1. Pengidentifikasian peluang dan penseleksian
2. Menghasilkan konsep
3. Mengevaluasi konsep/proyek
4. Pengembangan yang meliputi :
 Pengembangan tugas-tugas teknikal
 Pengembangan tugas-tugas pemasaran
5. Peluncuran produk
Dalam proses produk baru, yang mendasar adalah bagaiman memanfaatkan peluang menjadi arus keuntungan atau laba bagi suatu organisasi perusahaan. Untuk suatu produk terdapat situasi atau keadaan yang secara
bergiliran sampai pada akhir produk itu. Pola ini menjadi suatu pola evaluasi produk, dimana suatu produk berevaluasi sampai akhir, dan terdapat kemungkinan sampai akhirnya dapat sukses menjadi suatu produk.
Evaluasi produk yang terjadi adalah menjadi suatu konsep siklus hidup atas life cycle yang terkait dengan fase-fase dari proses produk baaru.siklus itu harus dilalui untuk setiap fase seperti :
1. Fase 1 identifikasi peluang
2. Fase 2 generasi konsep
3. Fase 3 evaluasi konsep/ proyek
4. Fase 4 pengembangan
5. Fase 5 peluncuran
d. Pengukuran (Measuring) pengembangan Produk
Pada dasarnya arus pengembangan produk baru kepasar adalah sangat penting untuk menjaga daya saing organisasi perusahaan. Untuk menjaga keberhasilan tersebut, perusahaan haruuslah selalu tanggap terhadap adanya perubahan kebutuhan pelanggan dan terdapatnya pergerakan dari para pesaing. Kemampuan mengidentifikasi terdapatnya peluang dengan sejumlah upaya pengembangan, dan usaha membawa paroduk baru dengan proses yang cepat adalah suatu persoalan yang kritikal.
e. Analisis Ekonomi Dari Proyek Pengembangan Produk
Dalam pengembangan produk baru adalah penting untuk mengingat peranan analisis ekonom. Analisis yang dilakukan untuk pengambangan produk baru haruslah mencakup tiga faktor yang diukur, untuk mengetahui implikasi positif atau negatif dari proyek.umumnya untuk menganalisisnya agak sulit dikuantifikasi. Di sampin itu, untuk analisis ekonomi agak sulit untuk menangkap karakteristik dari suatu lingkungan dinamis dan lingkungan bersaing.
4. Permasalahan Lain Dari Desain Produk
Dalam pembahasan desain produk, terutama dalam pengembangan produk dan penciptaan produk baru, terdapat permasalahan antara lain transisi dari produksi dan manajemen siklus produk. Kedua hal itu sangat penting dalam mendukung efektifnya pelaksanaan desain produk dan pengembanganproduk baru. Umumnya suatu produk yang terdapat dipasar, kehidupannya bertransisi mulai di seleksi, dirancang, dan dirumuskan. Kemudian terdapat kemajuan pengembanganny, mulai dari suatu gagasan menjadi suatu rumusan fungsional dan sampai pada desain.
a. Transisi Ke produksi
Manajemen operasi produksi harus membuat keputusan yang lebih jauh untuk pengembangan dan produksi, atau menterminasi gagasan tentang produk satu dari seni manajemen moderen adalah mengetahui kapan mulai suatu produk bergerak dari pengembangan ke produksi, dan pergerakan ini dikenal sebagai transisi ke produksi.
Staf pengembangan produk akan selalu tertarik dalam membuat peningkatan atau penyempurnaan suatu produk.
b. Permasalahan Manajemen Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle)
Suatu produk lahir atau diciptakan dan hidup berkembang dan kemudian mati. Dalam mendalami operasi produksi, maka sangat membantu untuk memikirkan siklus kehidupan produk, yang terdiri dari 4 tahap yaitu:
 tahap introduksi,
 tahap pertumbuhan,
 tahap pematangan
 Tahap penurunan atau penuaan
B. Penetapan Lokasi
Suatu organisasi perusahaan , sebelum memulai aktifitasnya harus terlebih dahulu menetapkan dimana kegiatan usahanya akan beroperasi. Lokasi ini penting bagi perusahaan, karena akan mempengaruhi dapat tidaknya berlangsungnya kehidupan perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini karena berkaitan dengan kedudukan perusahaan dalam persaingan. Keputusan penetapan lokasi merupakan faktor yang penting, baik bagi perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur.
1. Pentingnya secara stratejis tentang penetapan lokasi
Pentingnya penetapan lokasi adalah sebagai keputusan stratejik, karena akan mempengaruhi kemampuan perusahaan menghadapi prospek pasar ke depan, mementukan kedudukan perusahaan di pasar dan kemampuan perusahaan menghadapi persaingan. Oleh karena itu, penetapan lokasi usaha perusahaan perlu mempertimbangkan konsep dan teknik dalam menetapkan keputusan lokasi. Lokasi yang dipilih akan mempengaruhi besarnya biaya operasi usaha perusahaan, yang berhubungan dengan besarnya biaya tetap dan biaya variabel perisahaan
a. Kebutuhan Penetapan lokasi
Pada dasarnya keputusan penetapan lokasi dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan lingkungan dan sistem pada masa depan. Dalam menghadapi perkembangan lingkungan, maka dibutuhkan pula penilaian perkembangan lokasi yang ada, baik melalui perluasan atau pengambilan lokasi baru.
b. Tujuan keputusan penetapan lokasi
Umumnya tujuan dari penetapan lokasi dari suatu organisasi perusahaan agar lokasi yang tepat, dapat membantu organisasi dapat beroperasi dengan lancar, efektif dan efesien.
Adapun tujuan dari penempatan lokasi yang tepat dan efektif, pada dasarnya adalah :
 Dapat dipunyai kemampuan untuk melayani pembeli atau konsumen
 Dapat mudah mendapatkan bahan mentah atau bahan baku yang cukup
 Dapat mudah mendapatkan tenaga kerja
 Dapat memungkinkan untuk di adakan perluasan usaha dikemudian hari
c. Prosedur umum pembuatan keputusan penetapan lokasi
Perusahaan yang baru akan mengkhususkan penetapan lokasinya pada area tertentu dimana pemiliknya berada diarea tempat tinggalnya. Demikian pula dengan halnya menajer perusahaan kecil, selalu ingin tetep menjaga kegiatan operasinya, sehingga lokasinya berada dihalaman belakang dari tempat tinggalnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penempatan lokasi
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan penetapan lokasi. Sering pula terjadi, bahwa satu atau beberapa faktor sedimikian pentingnya. Sehingga faktor-faktor itu menjadi dominan dalam pengambilan keputusan.
a. Faktor utama yang diperhatikan dalam keputusan penetapan lokasi
 Faktor faktor utama
 Faktor faktor sekunder
 Faktor faktor penunjang lainnya
Faktor faktor yang tercangkup dalam faktor faktor utama adalah :
 Letak dari pasar produk hasil organisasi perusahaan
 Letak dari sumber bahan baku yang dibutuhkan organisasi
 Tersedianya fasilitas dan jaringan transportasi
 Tersedianya supply dari buruh atau tenaga kerja
 Terdapatnya fasilitas sumber daya
b. Faktor sekunder dalam keputusan penetapan lokasi
 Rencana masa depan
 Biaya dari lahan/ tanah dan bangunan/gedung, terutama dalam hubungannya dengan rencana masa depan.
 Kemungkinan perluasan lahan dan bangunana
 Terdapatnya servicefacilities
 Terdapatnya fasilitas lembaga keungan
 Terdapatnya pasokan air
 Tinggi rendahnya pajak dan undang undang ketenagakerjaan
 Budaya masyarakat disuatu daerah
 Cuaca dan keadaan iklim daerah
 Kondisi dan struktur tanah
 Fasilitas perumahan yang ada di sekitar daerah itu.
c. Faktor penunjang lainnya
Dalam menentukan keputusan bagi penetapan lokasi suatu perusahaan kemungkinan terdapat faktor penunjang yang perlu diperhatikan. Dengan perkembangan globalisasi , maka akan dihadapi beberapa permasalahan antara lain :
 Perkembangan ekonomi pasar,
 makin lebih baiknya komikasi internasional,
 makin lebih cepatnya perubahan ,perjalanan, dan pengiriman dapat direalisasikan,
 Kualitas fisik fasilitas
 Kebijakan operasi usaha perusahaan
 Kualitas manajemen perusahaan
 Kemudahan aliran modal
 Terdapatnya perbedaan yang tinggi
3. Strategi penetapan lokasi suatu organisasi industri jasa
Umumnya lokasi dari perusahaan jasa ditentukan pada upaya mencapai volume bisnis dan revenue. Hal inilah yang menjadi perimbangan dalam penetapan lokasi usaha baru. Terdapat beberapa faktor yang dapat menentukan besarnya volume bisnis dan revenue, untuk perusahaan jasa, antara lain:
 Daya beli pelangan di area para pelanggan yang dituju.
 Kesesuaian atau compatibility dari service dan image
 Persaingan yang terdapat diarea itu
 Kualitas dari persingan
 Keunikan lokasi
4. Metode evaluasi alternatif lokasi
Untuk mengevaluasi alternatif lokasi, terdapat beberapa teknik guna membantu pegevaluasiannya :
 Analisis-laba-volume
 Faktor rating
 Metode pusat gravitasi
C. Penyusunan Tata Letak (Layout)
Setiap susunan tata letak dari mesin dan peralatan operasi, haruslah bertujuan untuk dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan organisasi perusahaan. Setiap susunan tata letak peralatan dan fasilitas organisasi perusahaan, haruslah dapat meningkatkan upaya pencapaian :
 Efisiensi operasi produksi organisasi perusahaan
 Keberhasilan dukungan pembentukan laba usaha perusahaan
1. Pemahaman tentang penyusunan tata letak
Penyusunan tata letak merupakan keputusan untuk mengintegrasikan sistem dalam operasi produk. Dengan pengintegrasian ini, maka mesin dan peralatan, tempat kerja dan gudang haruslah dapat menjamin agar jadwal operasi produksi dapat berjalan secara efektif.
2. Jenis-Jenis Tata Letak
Terdapat beberapa jenis penyusunan tata letak organisasi perusahaan yaitu sbb:
 Tata letak kantor atau officelayout
 Tata letak ritel atau retail layout
 Tata letak pergudangan atauwarehouse
 Tata letak penempatan yang tetap
 Tata letak yang berorientasi pada proses
 Tata letak bagi penyusun mesin dan peralatan
 Tata letak yang berorientasi pada produk

forecasting

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya orang-orang membuat dan menggunakan perkiraan ramalan setiap saat, baik dalam tugas pekerjaanya maupun dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang membuat perkiraan ramalan dan menjawab tantagan kedepan, kemudian membuat keptusan atas dasar perkiraan ramalan dalam menjawab tantagan kedepan, kemudian membuat keputusan atas dasar perkiraan ramalan yang mereka buat. Untuk membuat perkiraan ramalan, mereka mempertimbangkan dua jenisinformasi , yaitu factor atau kondisi yang berlaku, dan yang lain adalah factor pengalaman masa lalu mereka dalam menghadapi keadaan yang sama.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah serta juga mengharapkan kiranya makalah ini dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa-i tentang salah satu mata kuliah yaitu Manajemen Oprasional tentang “Perkiraan Ramalan (Forecasting)”, menjadikannya sebagai bekal referensi, dan poin yang paling penting dari tujuan penulisan makalah ini adalah untuk bisa menambah wawasan dan pengetahuan kami sebagai penulis Juga selain itu dalam penulisan makalah ini kami penulis menggunakan metode obyektif dekritif (metode kepustakaan), atau biasa di sebut study Library research. Teknik ini dilakukan dengan jalan mengambil masukan dari buku – buku yang ada di perpustakaan yang dilakukan sebagai bahan referensi untuk mendukung makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Forecasting ( Peramalan )
Pengertian peramalan (forecasting): adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dengan menggunakan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Peramalan merupakan aktivitas fungsi bisnis yang memperkirakan penjualan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat.
Peramalan merupakan dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu historis. Peramalan menggunakan teknik-teknik peramalan yang bersifat formal maupun informal (Gaspersz, 1998).
Kegiatan peramalan merupakan bagian integral dari pengambilan keputusan manajemen. Peramalan mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang belum pasti (intuitif). Peramalan memiliki sifat saling ketergantungan antar divisi atau bagian. Kesalahan dalam proyeksi penjualan akan mempengaruhi pada ramalan anggaran, pengeluaran operasi, arus kas, persediaan, dan sebagainya. Dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam proses peramalan yang akurat dan bermanfaat (Makridakis, 1999):
 Pengumpulan data yang relevan berupa informasi yang dapat menghasilkan peramalan yang akurat.
 Pemilihan teknik peramalan yang tepat yang akan memanfaatkan informasi data yang diperoleh semaksimal mungkin.
Untuk melakukan peramalan diperlukan metode tertentu dan metode mana yang digunakan tergantung dari data dan informasi yang akan diramal serta tujuan yang hendak dicapai. Dalam prakteknya terdapat berbagai metode peramalan antara lain :
Peramalan berdasarkan jangka waktu :
1. Peramalan jangka pendek ( kurang satu tahun, umumnya kurang tiga bulan : digunakan untuk rencana pembelian, penjadwalan kerja, jumlah TK, tingkat produksi),
2. Peramalan jangka menengah ( tiga bulan hingga tiga tahun : digunakan untuk perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi dan menganalisis berbagai rencana operasi),
3. Peramalan jangka panjang ( tiga tahun atau lebih, digunakan untuk merencanakan produk baru,penganggaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi dan penelitian serta pengembangan).
Peramalan berdasarkan rencana operasi
1. Ramalan ekonomi : membahas siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi dan indikator perencanaan lainnya,
2. Ramalan teknologi : berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi dan produk baru,
3. Ramalan permintaan : berkaitan dengan proyeksi permintaan terhadap produk perusahaan. Ramalan ini disebut juga ramalan penjualan, yang mengarahkan produksi, kapasitas dan siatem penjadualan perusahaan.
Peramalan berdasarkan metode / pendekatan :
Metode peramalan:
Peramalan berdasarkan metode terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Metode Kuantitatif
menggunakan berbagai model matematis atau metode statistik dan data historis dan atau variabel-variabel kausal untuk meramalkan permintaan,
Metode Peramalan Kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Model Seri Waktu / Metode deret berkala
Model seri waktu / metode deret berkala (time series) metode yang dipergunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu, terbagi menjadi :
1. Rata-rata bergerak (moving averages),
 Rata-Rata Bergerak Sederhana (simple moving averages) : bermanfaat jika diasumsikan bahwa permintaan pasar tetap stabil :
 Rata-Rata Bergerak Tertimbang (weighted moving averages) : apabila ada pola atau trend yang dapat dideteksi, timbangan bisa digunakan untuk menempatkan lebih banyak tekanan pada nilai baru :
Model rata-rata bobot bergerak lebih responsif terhadap perubahan karena data dari periode yang baru biasanya diberi bobot lebih besar. Rumus rata-rata bobot bergerak yaitu sebagai berikut.
2. Penghalusan eksponensial (exponential smoothing),
Penghalusan Eksponensial : metode peramalan dengan menambahkan parameter alpha dalam modelnya untuk mengurangi faktor kerandoman. Istilah eksponensial dalam metode ini berasal dari pembobotan/timbangan (faktor penghalusan dari periode-periode sebelumnya yang berbentuk eksponensial.
Peramalan menggunakan model pemulusan eksponensial rumusnya adalah sebagai berikut:
3. Proyeksi trend (trend projection)
Metode proyeksi trend dengan regresi, merupakan metode yang dignakan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Metode ini merupakan garis trend untuk persamaan matematis.
B. Model / metode kausal (causal/explanatory model)
Merupakan metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara variabel yang diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya tetapi bukan waktu melainkan sebab akibat. Dalam prakteknya jenis metode peramalan ini terdiri dari :
o Metode regresi dan kolerasi, merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek dan didasarkan kepada persamaan dengan teknik least squares yang dianalisis secara statis.
Peramalan menggunakan metode regresi:
Penggunaan metode ini didasarkan kepada variabel yang ada dan yang akan mempengaruhi hasil peramalan.Hal- hal yang perlu diketahu sebelum melakukan peramalan dengan metode regresi adalah mengetahui terlebih dahulu mengetahui kondisi- kondisi seperti :
o Adanya informasi masa lalu
o Informasi yang ada dapat dibuatkan dalam bentuk data (dikuantifikasikan)
Diasumsikan bahwa pola data yang ada dari data masa lalu akan berkelanjutan dimasa yang akan datang.
Adapun data- data yang ada dilapangan adalah :
 Musiman (Seasonal)
 Horizontal (Stationary)
 Siklus (Cylikal)
 Trend
Dalam menyusun ramalan pada dasarnya ada 2 macam analisis yang dapat digunakan yaitu :
 Analisi deret waktu(Time series), merupakan analisis antaravariabel yang dicari dengan variabel waktu.
 Analisis Cross Section atau sebab akibat (Causal method), merupakan analisis variabel yang dicari dengan variabel bebas atau yang mempengaruhi.
Ada dua pendekatan untuk melakukan peramalan dengan menggunakan analisis deret waktu dengan metode regresi sederhana yaitu :
 Analisis deret waktu untuk regresi sederhana linier
 Analisis deret untuk regresi sederhana yang non linier
Untuk menjelaskan hubungan kedua metode ini kita gunakan notasi matematis seperti:
Y = F (x)
Dimana :
Y = Dependent variable (variabel yang dicari)
X = Independent variable (variabel yang mempengaruhinya)
Notasi regresi sederhana dengan menggunakan regresi linier (garis lurus) dapat digunakan sebagai berikut :
Y = a + b x
Dimana a dan b adalah merupakan parameter yang harus dicari. Untuk mencari nilai a dapat digunakan dengan menggunakan rumus :
kemudian nilai b dapat dicari dengan rumus :
 Model Input Output, merupakan metode yang digunakan untuk peramalan jangka panjang yang biasa digunakan untuk menyusun trend ekonomi jangka panjang.
 Model ekonometri, merupakan peramalan yang digunakan untuk jangka panjang dan jangka pendek.
2. Metode Kualitatif
Metode kualitatif umumnya bersifat subjektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu hasil peramalan dari satu orang dengan orang lain dapat berbeda. Meskipun demikian, peramalan kualitatif dapat menggunakan teknik/metode peramalan, yaitu :
 Juri dari Opini Eksekutif : metode ini mengambil opini atau pendapat dari sekelompok kecil manajer puncak/top manager (pemasaran,
produksi, teknik, keuangan dan logistik), yang seringkali dikombinasikan dengan model-model statistik.
 Gabungan Tenaga Penjualan : setiap tenaga penjual meramalkan tingkat penjualan di daerahnya, yang kemudian digabung pada tingkat provinsi dan nasional untuk mencapai ramalan secara menyeluruh.
 Metode Delphi : dalam metode ini serangkaian kuesioner disebarkan kepada responden, jawabannya kemudian diringkas dan diberikan kepada para ahli untuk dibuat peramalannya. Metode memakan waktu dan melibatkan banyak pihak, yaitu para staf, yang membuat kuesioner, mengirim, merangkum hasilnya untuk dipakai para ahli dalam menganalisisnya. Keuntungan metode ini hasilnya lebih akurat dan lebih profesional sehingga hasil peramalan diharapkan mendekati aktualnya.
 Survai Pasar (market survey) : Masukan diperoleh dari konsumen atau konsumen potensial terhadap rencana pembelian pada periode yang diamati. Survai dapat dilakukan dengan kuesioner, telepon, atau wawancara langsung.
MEMANTAU RAMALAN
Bila peramalan sudah selesai, yang paling adalah tidak melupakannya. Sangat jarang manajer yang ingin mengingat bila hasil ramalan mereka sangat tidak akurat, tetapi perusahaan perlu menentukan mengapa permintaan aktual (variabel yang diuji) secara signifikan berbeda dari yang diproyeksikan.
Salah satu cara untuk memantau peramalan guna menjamin keefektifannya adalah menggunakan isyarat arah (Tracking Signal) : adalah pengukuran tentang sejauh mana ramalan memprediksi nilai aktual dengan baik isyarat Arah, dihitung
sebagai jumlah kesalahan ramalan berjalan (running sum of the forecast error, RSFE) dibagi dengan deviasi absolut mean (MAD)
PROSEDUR LAMARAN
Dalam melakukan peramalan terdiri dari beberapa tahapan khususnya jika menggunakan metode kuantitatif. Tahapan tersebut adalah:
 Mendefinisikan Tujuan Peramalan
Misalnya peramalan dapat digunakan selama masa pra-produksi untuk mengukur tingkat dari suatu permintaan.
 Membuat diagram pencar (Plot Data)
Misalnya memplot demand versus waktu, dimana demand sebagai ordinat (Y) dan waktu sebagai axis (X).
 Memilih model peramalan yang tepat
Melihat dari kecenderungan data pada diagram pencar, maka dapat dipilih beberapa model peramalan yang diperkirakan dapat mewakili pola tersebut.
MELAKUKAN PERAMALAN
Menghitung kesalahan ramalan (forecast error)
Keakuratan suatu model peramalan bergantung pada seberapa dekat nilai hasil peramalan terhadap nilai data yang sebenarnya. Perbedaan atau selisih antara nilai aktual dan nilai ramalan disebut sebagai “kesalahan ramalan (forecast error)” atau deviasi yang dinyatakan dalam:
et = Y(t) – Y’(t)
Dimana : Y(t) = Nilai data aktual pada periode t
Y’(t) = Nilai hasil peramalan pada periode t
t = Periode peramalan
Maka diperoleh Jumlah Kuadrat Kesalahan Peramalan yang disingkat SSE (Sum of Squared Errors) dan Estimasi Standar Error (SEE – Standard Error Estimated)
SSE = S e(t)2 = S[Y(t)-Y’(t)]2
 Memilih Metode Peramalan dengan kesalahan yang terkecil.
Apabila nilai kesalahan tersebut tidak berbeda secara signifikan pada tingkat ketelitian tertentu (Uji statistik F), maka pilihlah secara sembarang metode-metode tersebut.
 Melakukan Verifikasi
Untuk mengevaluasi apakah pola data menggunakan metode peramalan tersebut sesuai dengan pola data sebenarnya.

Pendekatan Proyek

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan pendekatan proyek, akan memungkinkan organisasi memfokuskan perhatiannya dan mengkonsentrasikan usaha dan upayanya pada pencapaian jumlah kinerja yang terarah dalam batasan dan kerangka kerja. Oleh karena itu dengan pendekatan proyek akan dapat dihasilkan manfaat yang nyata, bila dibandingkan dengan pendekatan yang lain. hanya saja yang harus diperhatikan adalah bahwa suatu proyek bersifat uatu rangkaian tugas pekerjaan , yang arahkan untuk beberapa output dan membutuhkan periode waktu untuk mengerjakannya.
Manajemen proyek dirumuskan sebagai suatu rangkaian kegiatan perencanaan, pengarahan, dan pengendalian sumber - sumber daya, yang meliputi orang, perlatan dan bahan untuk dapat memenuhi batasan teknis, biaya dan waktu dari proyek. Dengan mengetahui rumusan tentang manajemen proyek maka akan dapatlah didalami apa saja yang menjadi tugas - tugas dari manajemen proyek.
Didalam suatu organisasi bisnis manajemen proyek di kembangkan dalam suatu organisasi proyek, agar dapat terjamin kontinuitas berjalannya program secara lancar dari hari kehari sampai pada proyek dapat lengap secara berhasil. suatu organisasi proyek di bangun agar kemajuan proyek dapat terjamin, karena pelaksanaan proyek telah disiapkan secara baiko oleh manajemen proyek. Umumnya suatu organisasi proyek yang disiapkan oleh suatu perusahaan ditujukan agar dapat tertanganinya pekerjaan proyek dapat terselesaikan, dan kemudian di bubarkan.
Masalah perencanaan proyek adalah penting, karena pengkoordinasian, kegiatan - kegiatan proyek harus selalu dipertimbangkan, terlebih - lebih pada proyek - proyek besar. hal ini karena proyek - proyek besar mempunyai kegiatan - kegiatan yang banyak dan rumit, sehingga harus hati - hati direncanakan dan dipantau atau di monitor secara hati -hati dalam perencanaannya, agar dapat mengikuti jadwal dan besarnya biaya yang dipertimbangkan . Oleh karena itu, untuk proyek - proyek besar dalam pelaksanaannya dibutuhkan para manejer yang harus dapat mampu menangani masalah - masalah yang berbeda dibandingkan dengan kegiatan - kegiatan yang rutin.
Manajer proyek haruslah pula memperhatikan dan menjaga alat utama yang penting, yaitu :
1. Struktur memecah - mecah tugas pekerjaan atau work breakdowns, yang dibutuhkan sebagai alat perencanaan awal yang di perlukan untuk mengembangkan suatu daftar kegiatan penetapan rangkaian kegiatan sebagai besar penetapan anggaran.
2. Susunan diagram jaringan kerja atau Nework Diagram, sebagai suatu visual gambaran besar yang digunakan untuk melakukan estimasi durasi proyek mengidentifikasian kegiatan - kegiatan kritis, penetapan waktu, penyelesaian proyek, pengidentifikasian, bidang kegiatan, dimana waktu kelenturan, dan penetapan jadwal, pengembangan aktifitas.
3. Grafik Gantt atau Gantt Chart, yang merupakan suatu bantuan visual yang digunakan untuk merencanakan dan memonitor kegiatan individual.
4. Manajemen resiko, yang merupakan kegiatan antisipasi, dengan menganilisis potensial kegagalan atau potensial masalah, menilai kemungkinan terjadi dan konsekuensinya, serta rencana kontingensi.
Terdapat tiga tahap dari tugas manajemen proyek, yaitu :
1. Perencanaan. Tahap ini mencakup penetapan sasaran dari perumusan proyek dan pengorganisasian tim.
2. Penjadwalan. Tahap ini berhubungan dengan orang, uang, dan pemasok kegiatan tertentu, dan berkaitan pula antara suatu kegiatan dan kegiatan lainnya.
3. Pengendalian. Dalam tahap ini, perusahaan memonitor sumber - sumber daya, uang, kualitas, dan anggaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penstrukturan Proyek
1. Proyek Murni (Pure Projek)
Suatu organisasi proyek murni, dikenal sebagai pekerjaan yang bersinggungan atau skunworks adalah dimana suatu tim kerja sama sendiri secara penuh waktu di dalam proyek. Tim ini secara semi permanen berada dalam jaringan yang berorientasi pada proyek, dimana masing - masing orang bekerja secara otonom dengan memusatkan pada pusat - pusat peluang kewirausahaan . Dalam hal ini yang harus ditekankan adalah kecepatan dan fleksibilitas. Dengan demikian, diharapkan pekerjaan mengacu pada struktur manajemen dan kebiasaan kerja sama leluhur yang akan terus tumbuh.
Beberapa kebaikan dan kekurangan dari struktur proyek murni, yaitu :
1. Manajer proyek mempunyai kewenangan penuh atas proyek.
2. Oleh karena itu anggota tim melapor dan bertanggung jawab pada satu bos, maka mereka tidak takut pada adanya loyalitas yang berbagi dengan seorang manajer bidang fungsi.
3. Terdapatnya lini komunikasi yang pendek, sehingga keputusan dapat dibuat secara cepat.
4. Terdapat kebanggaan tim dan timbulnya motivasi anggota yang tinggi serta terdapat komitmen mereka yang tinggi.
Kekurangan dari suatu struktur proyek murni :
1. Terdapat duplikasi sumber daya, karena peralatan dan orang - orang, tidak berbagi antara lintas proyek.
2. Tidak dapat dimengerti atau diketahui tujuan dan sasaran suatu kebijakan organisasi yang umumnya bersumber dari kantor pusat.
3. Terdapat kemungkinan kegagalan organisasi proyek, karena kelemahan dalam pengetahuan dan teknologi maju.
4. Dengan tidak adanya atasan fungsional anggota tim, mereka takut atas keberlanjutan, masa tugas pekerjaan mereka dalam organisasi, sehingga mereka takut akan masa depan mereka.
2. Proyek Fungsional
Dengan struktur fungsional dapat meningkat secara vertikal dan bersifat sangat kritikal dan bersifat sangat kritikal atas bidang fungsional yang terspesialisasi,diciptakan dari masalah sinergi untuk menghadapi masalah tehniks proyek.dalam struktur proyek fungsional,motivasi anggota tim adalah lemah,dan kebutuhan klen ber sifat sekunder sehinga sering terlambat ditangapi.
kebaikan dari struktur proyek fungsional :
1. seorang anggota tim dapat mengerjakan beberapa proyek.
2. keahlian tehniks selalu ter pelihara di dalam area fungsional,selama seseorang berada di luar proyek atau organisasi.
3. area fungsional adalah rumah setelah proyek selesai.spesialisasi fungsional dapat di kembangkan secara vertikal.
4. suatu kritikal masif dari keahlian rea fungsional,dapat menciptakan pemecahan sinergi untuk mengatasi masalah teknis proyek,
kekurangan dari struktur proyek fungsional:
1. aspek-aspek proyek yang tidak langsung berhubungan dengan area fungsional akan mungkin mendapatkan hambatan.
2. Motivasi dari anggota tim sering mempunyai kelemahan
3. Kebutuhan klien sering di nomor duakan, sehingga sering di tanggapi lambat.
3. Struktur Proyek Matriks
Dengan struktur proyek matriks, komunikasi di antara divisi fungsional dapat ditingkatkan dan duplikasi -dari sumber - sumber dapat diminimalisir. Manajer proyek di dalam suatu struktur proyek matriks memegang tanggung jawab yang besar atas keberhasilan proyek dan anggota tim mempunyai rumah fungsinya setelah proyek selesai.
Dalam struktur proyek matriks sering terdapat kegagalan, bila manajer proyek tidak punya keterampilan yang cukup dalam bernegosiasi.
Kebaikan dari struktur proyek matriks :
1. Komunikasi diantara divisi fungsional dapat ditingkatkan.
2. Seorang manajer proyek memegang tanggung jawab yang jelas atas keberhasilan penyelesaian - penyelesaian proyek.
3. Duplikasi dari sumber - sumber daya dapat di minimalisasi.
4. Anggota tim mempunyai rumah fungsional setelah proyek selesai.
5. Kebijakan dari organisasi induk harus diikuti, dan hal ini dapat mendukung berjalannya proyek dengan baik dan lancar.
Kekurangan dari struktur organisasi proyek matriks
1. Terdapatnya dua bos pimpinan dan hal ini sering manajer fungsional lebih banyak didengar dari manajer proyek.
2. Keadaan dua bos ini sering menimbulkan kegagalan dalam pembinaan.
3. Upaya untuk melakukan suboptimalisasi agak sulit dilakukan dan hal ini dapat berbahaya bagi sumber daya dari manajemen proyek, sebagai badan pengelola sumber daya yang dapat merugikan proyek lainnya.
B. Aspek Perilaku dari Manajemen Proyek
Dalam Manajemen Proyek harus terdapat kesiapan untuk menghadapi gejolak yang terdapat dari keadaan proyek dengan implikasi dari perilaku proyek itu. Aspek perilaku ini harus menjadi perhatian khusus yang harus ditekankan untuk menjadi dasar pemikiran dari para manajer proyek.
Pada awalnya suatu proyek merupakan suatu gagasan yang di presentasikan dan dinilai kelayakannya dan kemudian rencana harus disusun dan di setujui oleh pemilik proyek, serta komisi pembangunan kota dan instansi pemerintah. Keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan proyek baru terjadi, bila masing - masing yang bertugas mempunyai keterampilan yang dibutuhkan.
Tugas utama dalam keputusan dari Manajemen Proyek
Keberhasilan dari banyak proyek, umumnya tergantung dari pelaksanaan beberapa kunci keputusan utama. Kunci keputusan itu harus mengikuti langkah - langkah berikut :
1. Keputusan tentang proyek mana yang diimplementasikan
2. Keputusan tentang pemilihan manajer proyek
3. Keputusan tentang penetapan tim proyek
4. Perencanaan dan desain proyek
5. Manajemen dan pengendalian sumber - sumber daya proyek
6. Keputusan tentang proyek mana yang diterminasi dan kapan terminasinya.
Manajer Proyek
Seorang Manajer Proyek mempunyai tanggung jawab akhir akan dapat diselesaikannya proyek secara berhasil atau terdapatnya kegagalan dari proyek itu.
Manajer Proyek harus mampu mengerjakan proyek untuk mencapai keberhasilan proyek melalui para pekerja proyek dalam menyelesaikan pencapaian tujuan proyek. untuk efektifnya tugas - tugas seorang manajer proyek harus melaksanakan hal - hal berikut :
1. Pekerjaan dari seluruh kegiatan yang dibutuhkan agar dilaksanakan sesuai dengan urutan dan sasaran, sehingga kinerja proyek yang di harapkan dapat tercapai.
2. Sumber daya manusia yang mengerjakan pekerjaan proyek harus diarahkan dan dimotivasi
3. Komunikasi, agar setiap orang mempunyai informasi yang harus dibutuhkan untuk pekerjaannya
4. Kualitas, agar sasaran kinerja dapat direalisasikan
5. Waktu, agar proyek dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal waktu yang direncanakan
6. Biaya, agar proyek dapat diselesaikan sesuai dengan besarnya dan anggaran atau budget proyek
agar dapat proyek dimaneje secara efektif,maka seorang manejer proyek haruslah dapat mempekerjakan sejumlah ketrampilan tertentu.ketrampilan meliputi kemampuan motipasi dan mengarahkan anggota tim bekerja mencapai sasaran kinerja proyek.selain itu harus pula mampu membuat keputusan yang tepat,apakah proyek perlu dipercepat penyelesaianya,dengan melakukan pencepatan pekerjaan kegiatan proyek bila diperlukan,dan memantau waktu pekerjaan serta memonitor budget dan rincian teknis.
seorang menejer proyek haruslah punya kemampuan menerima perubahan yang terdapat di dalam keadaan lingkungan.bila hal ini terjadi akan dapat mempengaruhi akan sasaran proyek,persyaratan tehniksdan perubahan komposisi tim proyek. tugas dari menejer proyek harus dapat menghadapi kesulitan dan timbulnya kemudahan yang ditemui.menejer proyek haruslah mengkordinasikan para pekerja dan memotivasi orang -orang yang kadang memiliki kesetiaan pada menejer lain terutama yang ada dalam bidang fungsinya.
C. siklus hidup proyek
setiap proyek mempunyai keterbatasan,yaitu waktu,lingkup dan besarnya proyek. lingkup,waktu, dan besarnya proyek berbeda-beda antara satu proyek dengan proyek lainya yang pada dasarnya tergantung pada sifat keadaan dasarnya atau nature,dan maksud dari proyek. meskipun demikian,seluruh proyek umumnya mempunyai sesuatu yang umum,yaitu siklus hidup yang dilalui.
setiap proyek akan melalui empat tahap dalam siklusnya yaitu,tahap perumusan proyek,tahap perencanaan,tahap pelaksanaan,tahap penyelesaian dengan keberhasilan proyek. tahap peremusan proyek ter diri dari dua bagian,yaitu tahap peremusan konsep proyek merupakan awal organisasi memperjelas kebutuhan akan proyek,dan tanggapan akan jawaban atas proposal dari pelangan atau kline potensial. Dari proposal tersebut,dilakukan pengkajian analisis kelayakan proyek. Dengan mengkaji besarnya biaya yang diperlukan,manfaat proyek dan resiko yang perlu di pahami dari proyek.
Tahap perencanaan proyek menguraikan secara terinci tentang peker jaan,
dan memeberikan estimasi tentang kabutuhan sumber daya manusia, kebutuhan waktu dan biaya. Tahap pelaksanaan proyek merupakan eksekusi proyek yang menunjukkan lamanya
proyek dikerjakan. Dalam menjalankan proyek, kemungkinanan akan terdapat tahap yang bersamaan waktunya. misalnya terdapatnya pekerjaan yang belum selesai, saat tahap berikutnya dimulai. Terjadinya hal ini akan dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk bergerak melalui siklus proyek, dan tentunya ini akan dapat menghasilkan keunggulan bersaing dan penghematan biaya.
D. Perencanaan Proyek
Dalam manajemen proyek kegiatan pertama yang dilakukan adalah penetapan rumusan proyek, apa yang dilakukan. Faktor - faktor yang harus dicakup adalah anggaran, ketersediaan pengetahuan dan keterampilan pegawai yang diperlukan serta pertimbangan biaya dan manfaatnya.
Perencanaan proyek dan rancangannya membutuhkan adanya keputusan tentang sasaran kinerja proyek, rencana waktu untuk penyelesaian proyek, penetapan pekerjaan apa yang dibutuhkan untuk dikerjakan, bagaimana pekerjaan itu akan dikerjakan, adanya kemungkinan beberapa bagian pekerjaan yang dapat dialihmediakan atau outsorce, sumber - sumber daya apa saja yang dibutuhkan, penetapan anggaran proyek, dan berapa lama sumber - sumber daya itu dibutuhkan
E. Pengendalian Proyek
Pada dasarnya pengendalian proyek adalah untuk mengupayakan agar target kinerja proyek dari rangkaian kegiatan dapat dicapai, yang mencakup waktu, mutu atau kualitas dan sumber daya .
Pengendalian yang efektif membutuhkan rangkaian tahap berikut :
1. Perumusan. Dimana tahap pertama ini merumuskan secara rinci tentang apa yang harus dikendalikan, diaman dalam pengendalian proyek mencakup rencana proyek dan jadwal proyek.
2. Penetapan ukuran yang digunakan. dengan menentukan ciri - ciri yang dapat di perhitungkan atau diukur dalam pengendalian proyek, yaitu mutu, kualitas, biaya dan waktu.
3. Melakukan kegiatan membandingkan, yaitu membandingkan antara hasil realisasi kegiatan proyek dengan standar pembanding.
4. Tahapan selanjutnya adalah evaluasi atau penilaian yaitu untuk dapat menetapkan adanya penyimpangan, dan bila ada, maka haruslah diupayakan untuk kembali seperti yang di rencanakan.
5. Melakukan kegiatan perbaikan, yang merupakan tindakan yang dilakukan agar tujuan dan sasaran dari proyek yang dikerjakan, dan di penuhi.
6. Melakukan kegiatan monitoring, agar hasil perbaikan dapat mencapai harapan dari pemilik proyek atau pelanggan, sehingga proyek dapat dinyatakan selesai dan berhasil.
Beberapa program yang cukup populer diantaranya adalah program dari sistem primavera dan Max Project dari Apple Computer. Program - program yang dapat dilakukan dapat menghasilkan berbagai laporan yang mencakup :
1. Pemilihan biaya secara terinci untuk setiap tugas pekerjaan
2. Kurva untuk seluruh program tenaga kerja atau total program labor curve.
3. Tabel biaya distribusi
4. Tabel ringkasan waktu dan biaya fungsional.
5. Ramalan bahan baku dan pengeluaran
6. laporan tentang variance
7. laporan tentang analisis waktu
8. laporan tentang status kerja.
Di dalam pengendalian waku proyek, terdapat lima jenis waktu yang diperhatikan. Kelima waktu tersebut adalah :
1. Waktu persiapan, yang merupakan lamanya waktu dalam mempersiapkan waktu dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Waktu pelaksanaan suatu pekerjaan proyek
3. Waktu Antrian, yang merupakan lamanya waktu menunggu sampai dengan sumber daya tiba di proyek
4. Waktu menunggu, yang merupakan lamanya menunggu untuk dapat mulainya pekerjaan, waktu itu tidak untuk menunggu sumber daya, tetapi kegiatan menunggu karena terjadinya urut - urutan melakukan kegiatan proyek.
5. Waktu menganggur, yang merupakan waktu tidak bekerja, dimana waktu pekerjaannya adalah kurang dari total jumlah waktu yang dipersiapkan, waktu pelaksanaan, waktu antrian, dan waktu tunggu.
F. Teknik Manajemen Proyek
Dalam menggunakan istilah teknik, terutama yang berhubungan dengan teknik manajemen proyek, maka perlu dipahami tentang istilah teknologi yang terkait dengan istilah teknik yang digunakan. Teknologi merupakan istilah suatu kata yang rumusan pengertiannya bermacam -
macam. tergantung dimana digunakannya umumnya istilah teknologi menunjukkan penerapan temuan ilmiah untuk pengembangan dan peningkatan produk atau hasil.
1. Program Evaluasi and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM)
Teknik majemen proyek ini adalah PERT dan CPM serta Garfik Gantt. Teknik - teknik manajemen ini dapat membantu manajer untuk menjadwalkan, memonitor, dan mengontrol proyek - proyek besar dan kompleks.
CPM mulai digunakan pada tahun 1957 sebagai alat yang dikembangkan J.E Kally dan MR Walker dalam membangun dan merawat pabrik kimia du Pont. CPM adalah suatu teknik manajemen proyek yang menggunakan hanya satu faktor waktu per kegiatan atau aktivitas.
Untuk menggunakan teknik manajemen tersebut, terdapat kerangka kerja dari PERT dan CPM, dengan enam langkah yang harus diikuti yaitu :
1. Merumuskan proyek, dan mempersiapkan struktur penilaian kerja yang dikenal sebagai work-breakdown structure.
2. Mengembangkan hubungan di antara kegiatan atau aktivitas, kemudian ditetapkan kegiatan apa yang lebih dahulu dilkakukan, dan kegiatan apa yang harus mengikutinya.
3. Gambarkan jaringan kerja atau network yang menghubungkan seluruh kegiatan
4. Tetapkan estimasi waktu dan atau biaya untuk setiap kegiatan
5. Menghitung panjang atau lamanya garis waktu yang terlama, melalui jaringan kerja atau network
6. Menggunakan Network untuk membantu penyusunan rencana, penjadwalan, monitoring dan pengendalian proyek.
2. Struktur Pemilahan Kerja
Tim manajemen proyek pada umumnya memulai tugasnya secara baik kemudian dilanjutkan dengan rangkaian pelaksanaan proyek, agar suatu rencana proyek itu dapat dikembangkan. salah satu tugas pada tahap pertama adalah menyusun secara hati - hati tentang tujuan proyek dan kemudian memecah mecah atau memilah -milah proyek ke dalam bagian - bagian yang dapat di manaje, yang disebut dengan struktur pemilahan kerja atau Work Breakdown Structure (WBS) .
Dengan struktur pemilahan kerja (WBS) dapat diketahui hirarki tugas - tugas proyek, subtugas, dan kemasan kerja. Penyelesaian satu atau lebih kemasan kerja menghasilkan penyelesaian suatu tugas, dan akhirnya melakukan penyelesaian seluruh tugas yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek.
3. Diagram Jaringan Kerja
Langkah Pertama dalam Jaringan Kerja PERT atau CPM adalah membagi keseluruhan proyek ke dalam kegiatan - kegiatan yang nyata, menurut struktur pemilahan kerja atau work Breakdown Structure (WBS). Terdapat dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan kerja proyek atau project network, yaitu kegiatan pada titik atau activity on Node (AON) dan kegiatan pada garis atau Activity on Arrow (AOA).
Perbedaan AON dan AOA terdapat pada diagram titik atau bulatan pada AON yang merupakan aktivitas. sedangkan dalam jaringan kerja AOA titik bulatan menunjukkan waktu permulaan atau waktu pengakhiran dari suatu kegiatan proyek, yang disebut juga sebagai suatu kejadian atau event.
BAB III
PENUTUP
Umumnya proyek dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian yang terkait dengan tugas yang mengarah pada penyelesaian suatu hasil atau output yang besar. Suatu proyek dapat memakan waktu berbulan - bulan atau bertahun - tahun untuk menyelesaikan atau mengembangkan suatu sistem produksi. Hal ini karena suatu proyek itu merupakan suatu rangkaian dari tugas pekerjaan yang terkait, yang diarahkan kebeberapa output utama yang membutuhkan suatu periode waktu yang nyata untuk melaksanakannya.
Dilihat dari sifatnya, suatu proyek adalah suatu yang unik, karena terdapat suatu jangka waktu pengerjaan operasi yang dilakukan untuk menyelesaikan sejumlah tujuan dalam kerangka waktu yang terbatas. Dalam suatu waktu organisasi para manajer umumnya selalu melihat berbagai variasi dari kegiatan operasi. Pekerjaan yang dilihat oleh manajer dapat berupa pekerjaan rutin atau pekerjaan yang berulang - ulang dan aktivitas yang tidak rutin.
Suatu Proyek dirumuskan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan. biasanya diarahkan untuk mencapai suatu tujuan menghasilkan beberapa keluaran atau output, dan memerlukan rangkaian waktu untuk menyelesaikannya. Proyek mungkin dapat mencakup besar biaya yang dapat dipertimbangkan . Beberapa diantara proyek mempunyai masa waktu yang panjang dan beberapa diantaranya menyertakan sejumlah aktivitas yang harus direncanakan dan dikoordinasikan secara hati - hati.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya tugas manajer adalah mengelola human asset, bukan financial asset. Dengan kata lain tugas manajer adalah mengelola sumber daya manusia dalam memanfaatkan sumber daya lain untuk mewujudkan tujuan organisasi. Oleh karena tindakan manusia sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap sesuatu yang ditentukan oleh pembentukan peta mental (mindset) yang dimiliki orang tersebut dan pembentukan peta mental sangat penting untuk mengelola sumber daya manusia.
Pendekatan yang digunakan human resource leverage approach dalam pembuatan rerangka konseptual untuk pembentuakan mindset. Pendekatan ini menggunakan paradigm personel yang mencerminkan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan seabagai dasar untuk mendesain sistem pengendalian manajemen. Pendesainan ini denagn membangun paradigm personel yang mencerminkan kondisi lingkunagan yang dimasuki oleh organisasi.
KONSEP MINDSET
Sikap mental mapan ( fixed mental attitude ) yamg dibentuk melalui pendidikan, pengalaman, dan prasangka. Mindset merupakan peta mental yang dipakai sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak.
Mindset terdiri dari tiga komponen pokok antara lain :
© Paradigma adalah cara yang digunakan oleh seseorang didalam memandang sesuatu.
© Keyakinan dasar adalah kepercayaan yang dilekatkan oleh seseorang terhadap sesuatu.

MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN “RERANGKA KONSEPTUAL PENDESAINAN SYSTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN”

MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
“RERANGKA KONSEPTUAL PENDESAINAN SYSTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN”
KELOMPOK I :
ABDUL RAHIM LABANTU
IRMAWATI USMAN
FERDIAN HASAN
DOSEN :
”MUHAMAD ARDI, S.Pd. SE. M.Si”
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO 2017
BAB 1: RERANGKA KONSEPTUAL PENDESAINAN SYSTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN
Tujuan Organisasi Adalah Untuk Menciptakan Kekayaan
Organisasi adalah kumpulan orang yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda, yang membangun saling ketergantungan di antara mereka untuk mewujudkan tujuan bersama, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya. Pada dasarnya tujuan bersama yang ingin diwujudkan oleh organisasi adalah penciptaan kekayaan, oleh karena itu organisasi dapat dikatakan sebagai institusi pencipta kekayaan (wealth-creating institution). Dengan kekayaan yang berhasil diciptakan, organisasi akan mampu memberikan kesejahteraan bagi semua pemangku kepentingan organisasi (stakeholders). Kekayaan dapat bersifat material dan nonmaterial. Organisasi bermotif laba bertujuan untukmenghasilkan kekayaan material yang diukur dari economic value added (EVA) yang dihasilkan dari usahanya. Organisasi nirlaba ada yang bertujuan untuk menghasilkan kekayaan material yang diukur dari sisa hasil usaha, dan ada yang bertujuan untuk menghasilkan kekayaan nonmaterial, yang hasil usahanya tidak dapat diukur dengan satuan moneter.
Kegiatan Utama Untuk mewujudkan Organisasi Sebagai Wealth-Creating Institution
Untuk menjadikan organisasi sebagai institusi pencipta kekayaan, organisasi harus melaksanakan tiga kegiatan utama sebagai berikut ini:
1. Mendesain produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan customer.
2. Memproduksi produk dan jasa tersebut dengan cost effective.
3. Memasarkan produk dan jasa tersebut secara efektif kepada customer.
Setiap kegiatan utama tersebut di atas ditujukan untuk:
1. Menghasilkan customer yang puas
2. Menghasilkan financial returns yang memadai
Dengan mendesain produk yang sesuai dengan kebutuhan customer dan memasarkan produk dan jasa tersebut secara efektif, perusahaan akan mampu menghasilkan customer yang puas. Customer yang puas akan menghasilkan arus masuk pendapatan ke dalam perusahaan, sehingga perusahaan mampu menghasilkan financial returns yang memadai. Untuk menjalankan kegiatan utama: “memproduksi produk dan jasa tersebut dengan cost effective,” perusahaan memerlukan proses yang produktif dengan cost effective. Untuk menjalankan hal tersebut diperlukan modal manusia, modal informasi, dan modal organisasi. Modal manusia , modal informasi, dan modal organisasi akan menjadikan proses mengonsumsi sumber daya hanya untuk aktivitas penambah nilai (value-added activities) bagi customer. Sehingga kegiatan produksi produk dan jasa dapat dilaksanakan dengan cost effective.
Definisi System Perencanaan Dan Pengendalian Manajemen
System perencanaan dan pengendalian manajemen (SPPM) adalah suatu system yang digunakan untuk merencanakan sasaran masa depan yang hendak dicapai oleh organisasi, merencanakan kegiatan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Dari definisi tersebut, terdapat tiga kesimpulan berikut ini:
1. Perencanaan sasaran masa depan yang hendak dicapai
2. Perencanaan kegiatan untuk mencapai sasaran
3. Pengimpletasian dan pemantauan pelaksanaan rencana
Perencanaan Sasaran Masa Depan Yang Hendak Dituju
SPPM pada dasarnya merupakan suatu system yang digunakan oleh manajemen untuk membangun masa depan organisasi. Untuk membangun masa depan organisasi, perlu ditentukan lebih dahulu dalam bisnis apa organisasi akan berusaha. Dengan demikian misi organisasi merupakan the chosen track untuk membawa organisasi mewujudkan masa depannya.
.
Perencanaan Kegiatan Untuk Mencapai Sasaran
Perencanaan sasaran masa depan yang hendak dicapai dan perencanaan kegiatan untuk mencapai sasaran organisasi terdiri dari empat langkah utama:
1. Perumusan strategi (strategy formulation)
2. Perencanaan strategic (strategic planning)
3. Penyusunan program (programming)
4. Penyusunan anggaran (budgeting)
Pengimplementasian Dan Pemantauan Pelaksanaan Rencana
Untuk melaksanakan rencana yang telah disusun, diperlukan langkah-langkah pengimplementasian dan pemantauan pelaksanaan rencana tersebut. SPPM mencakup system untuk mengimplementasikan dan memantau palaksanaan rencana.
MENGAPA SPPM, BUKAN SPM?
Dimasa lalu (tahun 1960-an sampai dengan tahun 1990-an), system perencanaan dan pengendalian manajemen (management planning and control system) lebih dikenal dengan sebutan system pengendalian manajemen (management control system).
SPPM menitikberatkan pada pentingnya perencanaan dalam memasuki lingkungan bisnis turbulen dan kompetitif. SPPM menyediakan empat system untuk melaksanakan perencanaan masa depan organisasi:
1. System perumusan strategi,
2. System perencanaan strategic,
3. System penyusunan program, dan
4. System penyusunan anggaran.
RERANGKA KONSEPTUAL PENDESAINAN SPPM
Di dalam pendesainan system pada umumnya, berbagai faqktor berikut ini perlu dipertimbangkan:
1. Tidak ada desain system yang baik atau yang buruk, yang ada adalah apakah suatu desain system sesuai )fit) dengan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan. Kesesuaian (fitness) suatu system dengan lingungan tempat system tersebut digunakan akan menjadikan system tersebut efektif untuk running the business.
2. Lingkungan bisnis ibarat suatu territorial, yang untuk menjelajahinya diperlukan suatu peta. Peta yang menggambarkan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan disebut paradigm-the way we see the world.
3. Setiap system terdiri atas dua komponen : struktur dan proses. Struktur system merupakan komponen-komponen yang berkaitan satu dengan lainnya yang secara bersama-sama membentuk suatu system. Proses system merupakan tahap-tahap yang harus dilalui untuk mewujudkan tujuan system
4. Setiap system yang kia desain memerlukan kompetensi tertentu untuk menjalankan system tersebut. Kompetensi untuk menjalankan SPPM disebut managerial skill.
Pemacu Perubahan
Contingency approach mengajarkan kepada kita bahwa setiap system didesain berdasarkan karakteristik lingkungan yang dimasuki oleh organisasi, agar system tersebut efektif untuk memasuki lingkungan yang bersangkutan. Teknologi umumnya menjadi pemacu utama perubahan yang berdampak pada karakteristik lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan.
Karakteristik Lingkungan Bisnis
SPPM didesain untuk memasuki lingkungn bisnis tertentu. SPPM yang didesain untuk memasuki lingkungan bisnis stabil, yang didalamnya kompetisi tidak tajam dan kendali bisnis berada di tangan produser, akan sangat berbeda denagn SPPM yang didesain untuk memasuki lingkungan bisnis yang didalamnya kendali bisnis berada di tangan customer, kompetisi sangat tajam, dan perubahan bersufat radikal, konstan, pesat, serentak, dan pervasive.
Paradigma
Lingkungan bisnis yang telah berubah tersebut memerlukan paradigm baru untuk menghadapainya. Paradigma adalah lensa yang kita gunakan untuk memandang dunia. Paradigm menentukan sikap kita yang akan menentukan tindakan kita terhadap sesuatu.
Struktur SPPM
1. Struktur organisasi. Struktur organisasi adalah komponen utama dalam struktur SPPM. Struktur organisasi merupakan sarana untuk mendistribusikan kekuasaan yang diperlukan dalam memanfaatkan berbagai sumber daya organisasi unuk mewujudkan tujuan organisasi.
2. Jejaring informasi. Jejaring informasi dirancang untuk mempersatukan berbagai komponen yang membentuk organisasi dan berbagai organisasi dalam jejaring organisasi (organization network) untuk kepentingan penyediaan layanan bernilai tambah bagi customer. Teknologi informasi menjadi pemampu untuk membangun jejaring informasi yang memungkinkan terjadinya hubungan berkualitas antarkaryawan, antara manajer dengan karyawan, antara perusahaan dengan pemasok dan mitra bisnisnya, dan diantara perusahaan dengan customernya.
3. System penghargaan. Suatu system yang digunakan untuk mendistribusikan penghargaan kepada personel organisasi. Pada waktu organisasi hirarkis fungsional digunakan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis stabil, penghargaan didistribusikan ke manajemen puncak, karena merekalah yang running the business perusahaan.
Proses SPPM
1. System perumusan strategi. Tahap perumusan strategi adalah tahap yang sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi. Dalam tahap ini dilakukan pengamatan terhadap tren perubahan lingkungan makro, lingkungan industry, dan lingkungan persaingan.berdasarkan hasil pengamatan terhadap tren tersebut kemudian dilakukan analisis SWOT untuk mengidentifikasi peluan dan ancaman yang terdapat di lingkungan luar perusahaan dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang terdapat di dalam perusahaan.
2. System perencanaan strategic. Setelah perusahaan merumuskan strategi pilihan untuk mewujudkan visi melalui misi organisasi, misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi tersebut kemudian perlu diimplimentasikan.
3. System penyusunan program. System penyusunan program adalah poses penyusunan rencana laba jangka panjang untuk menjabarkan inisiatif strategic pilihan guna mewujudkan sasara strategic. System penyusunan program merupakan proses pembangunan hubungan sebab akibat (linkage) antara rencana operasional dengan rencana keuangan.
4. System penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran dalah proses penyusunan rencana laba jangka pendek (biasanya untuk jangka waktu satu tahun atau kurang) yang berisi langkah-langkah yang ditempuh oleh perusahaan dalam melaksanakan sebagian dari program.
5. System pengimplementasian. Dalam tahap ini, manajemen dan karyawan melaksanakan rencana yang tercantum dalam anggaran ke dalanm kegiatan nyata.
6. System pemantauan. Pengimplementasian rencana perlu pemantauan. Hasil setiap langkah yang direncanakan perlu diukur untuk memberikan umpan balik bagi pemantauan pelaksanaan anggaran, program, dan inisiatif strategic.
Managerial skill
1. Keterampilan dalam mengelola bisnis dan proses organisasional
2. Keterampilan dalam mengelola perubahan
3. Keterampilan dalam mengelola sisi bayangan organisasi.
ORGANISASI PERUSAHAAN SEBAGAI WEALTH-MULTIPLAYING INSTITUTION
Lingkungan bisnis kompetitif menuntut semua perusahaan yang memasuki lingkungan tersebut memiliki kekuatan lebih untuk bersain. Agar dapat dipiih oleh customer, produk dan jasa perusahaan harus memiliki keunggulan dibandingkan dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh pesaing.
Untuk dapat bertahan dan bertumbuh dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, organisasi perusahaan tidak cukup hanya mampu menjadi institusi pencipta kekayaan, namun dituntut untk memiliki kemampuan jauh lebih dari itu, perusahaan dituntut untuk menjadi institusi pelipat ganda kekayaan.
PENDEKATAN DALAM PENDESAINAN DAN PENGIMPLEMENTASIAN SPPM
1. Contingency approach
Contingency approach akan menyadarkan personel tentang pentingnya pengamatan tren (trenwaching) terhadap lingkungan bisnis untuk memungkinkan dilakukannya pembaruan terhadap paradigm personel dan improvement berkelanjutan terhadap desain SPPM. Pendesainan proses SPPM ditujukan untuk memotivasi personel dalam melakukan improvement berkelanjutan terhadap system yang digunakan untuk menghasilkan value bagi customer.
1. Human-capital-leverage approach
Human-capital-leverage approach mengajarkan kepada kita bahwa dalam lingkungan bisnis kompetitif, sumber daya yang mampu menjadikan perusahaan unggul dalam persaingan adalah modal manusia, yaitu kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan.
Human-capital-leverage approach yang melandasi pendesaianan SPPM ini terlihat pada:
1. Pembangunan paradigm modal manusia berdasarkan lingkungan bisbis yang akan dimasukkan oleh perusahaan dan penggunaan paradigm tersebut sebagai landasan pendesaianan SPPM.
2. Perhatian terhadap perlunya keterampilan manajerial dalam managing the shadow side of organization, agar personel mampu secara efektif menjalankan SPPM.
KEUNGGULAN CONTINGENCY APPROACH
1. Menjanjikan desain SPPM yang dihasilkan sesauai dengan persyaratan lingkubngan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan, sehingga meningkatkan efektifitas SPPM untuk mewujudkan organisasi.
2. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya kemampuan pengamatan tren terhadap perubahan lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh perusahaan untuk melakukan improvement secara berkelanjutan terhadap SPPM.
3. Memudahkan pemahaman atas SPPM yang didesai dengan adanya hubungan sebab-akibat antara lingkungan bisnis dengan SPPM yang didesain.
KEUNGGULAN HUMAN-CAPITAL-LEVERAGE APPROACH
1. SPPM yang didesain menjanjikan peningkatan daya saing perusahaan, karena leverage diletakkan pada sumber daya yang mampu menjadikan perusahaan unggul dalam persaingan.
2. SPPM yang didesain mampu melepaskan dan memfokuskan potensi seluruh personel (menejer dan kayawan) perusahaan, sehingga menjanjikan pelipatgandaan kinerja perusahaan.
3. Menempatkan paradigm personel dan keterampilan manajer dalam pengelolaan sisi bayangan organisasi sebagai factor penentu keberhasilan SPPM untuk memfalisilitasi perwujudan visi organisasi.

MAKALAH : MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH MEKANISME KEUANGAN SYARIAH , BERBASIS TITIPAN ( WADI’AH )



MAKALAH : MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
MEKANISME KEUANGAN SYARIAH , BERBASIS TITIPAN ( WADI’AH )
KELOMPOK X
AHMAD FAUZI
AKBAR

MENEJEMEN KAUNGAN SYARIAH
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SULTAN AMAY
GORONTALO



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Islam adalah agama yang sangat sempurna. sehingga bisa dikatakan adalah agama yang bersifat universal dan komprehensif. Islam adalah Agama yang sesuai pada setiap waktu dan tempat yang berarti mencakup seluruh aspek kehidupan baik itu dalam bermuamalah maupun ibadah. Sedangkan yang di maksud dalam bidang muamalah sendiri mempunyai arti yang cukup luas, salah satunya dalam bidang ekonomi dan perbankan.
Salah satu sarana yang mempunyai peranan strategis dalam kegiatan perekonomian adalah Perbankan. Peran strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama perbankan sebagai financial intermediary, yaitu sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efesien.
Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi Islam, terutama dalam bidang keuangan. Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic Banking. Bank syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syariah Islam. Utamanya adalah yang berkaitan dengan pelarangan praktek riba, kegiatan maisir (perjudian), Gharar (ketidakjelasan) dan pelanggaran prinsip keadilan dalam transaksi serta keharusan penyaluran dana investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halal secara syariah.
Lembaga keuangan syariah seperti perbankan syariah di Indonesia keberadaannya telah diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang nomor 7 tahun tahun 1992 tentang perbankan. Hingga kini terdapat banyak institusi bank syariah di Indonesia.
Keberadaan lembaga keuangan dalam Islam adalah vital karena kegiatan bisnis dan roda ekonomi tidak akan berjalan tanpanya. Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sebagaimana diketahui bahwa bank syariah dibentuk adalah sebagai koreksi atas bank konvensional yang beroperasi dengan sistem bunga yang dianggap oleh sebagian ulama sebagai riba. Oleh karena itu dengan bank syariah dioperasikan tidak menggunakan sistem bunga melainkan dengan sistem bagi hasil.
Kendatipun perbankan syariah melalui program-programnya telah mensosialisasikan produk syariah ke masyarakat umum, namun masih ada sebagian masyarakat yang belum memahami beberapa produk syariah, padahal apabila dikaji tentang manfaatnya, semua produk syariah tentunya mempunyai fungsi dan perannya masing-masing dalam kehidupan ekonomi umat.
Pada fase perkembangan saat ini, perbankan syariah tidak hanya memiliki peluang, melainkan juga berbagai permasalahan. Nasabah dan masyarakat secara umum masih melihat bank syariah sama dengan bank konvensional karena margin yang harus dibayar oleh nasabah tak kalah tinggi dengan bunga. Sisi sumber daya manusia (SDM) di perbankan syariah turut menjadi bahasan sebagai salah satu pesoalan yang harus segera dituntaskan.
Hal-hal diatas, diakui ataupun tidak, merupakan titik lemah perbankan syariah yang menjadi prioritas pikiran kita bersama. Padahal kunci kesuksesan perbankan syariah sangat tergantung dengan tingkat kepercayaan publik terhadap kekuatan financial bank yang bersangkutan. Untuk meraih kepercayaan tersebut adalah dengan tingkat kualitas informasi yang diberikan kepada publik. Bank syariah harus mampu meyakinkan publik bahwa ia memiliki kemampuan dan kapasitas di dalam mencapai tujuan-tujuan finansial maupun tujuan-tujuan yang sesuai dengan syariat Islam.
Berkaitan dengan itu, produk-produk Bank Syariah pun tak luput dari permasalahan. Di dalam prakteknya, terdapat temuan-temuan yang bisa jadi akan mengurangi tingkat keparcayan publik kalau saja dibiarkan berlanjut tanpa ada tindakan dari bank syariah. Selain itu, dalam perspektif syariah pun, perlu kiranya untuk ditinjau ulang bagaimana sebaiknya implementasi akadnya sehingga tidak merugikan kedua belah pihak, baik pihak bank maupun nasabah.
Di antara produk Syariah yang ingin dibahas dalam makalah ini adalah produk Giro dan Tabungan Syariah, yang sulit ditemukan dasar hukumnya secara fikih. Pada prinsipnya, landasan kedua produk ini benar menurut fikih karena berlandaskan wadiah. Hanya saja, dalam implementasinya bank Syariah menerapkan prinsip wadiah yad amanah dan wadiah yad dhamanah. Terkait dengan kedua produk tersebut, dalam pelaksanaannya perbankkan Syariah lebih menerapkan prinsip wadiah yad dhamanah, maka penulis menarik identifikasi masalah sebagai berikut.
  1. Identifikasi masalah:
  2. Bagaimana tanggung jawab wadii’ kepada muwaddi’ dalam akad wadiah dihubungkan dengan fiqih muamalah?
  3. Bagaimana penerapan produk perbankan syariah yang menggunakan akad wadiah dihubungkan dengan fiqih muamalah?
  4. Tujuan Penulisan:
  5. Untuk mengetahui tanggung jawab wadii’ kepada muwaddi’ dalam akad wadiah dihubungkan dengan fiqih muamalah
  6. Untuk mengetahui penerapan produk perbankan syariah yang menggunakan akad wadiah dihubungkan dengan fiqih muamalah



PEMBAHASAN
Tanggung Jawab Wadii’ kepada Muwaddi’ dalam akad wadiah Dihubungkan dengan Fiqih Muamalah
Al Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya.
Barang titipan dalam fiqih dikenal dengan sebutan wadi’ah, menurut bahasa, wadi’ah ialah sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaga (Ma Wudi’a ‘Inda Ghair Malikihi Layahfadzuhu), berarti bahwa wadi’ah ialah memberikan, makna yang kedua wadi’ah dari segi bahasa adalah menerima, seperti seseorang berkata: “awda’tubu” artinya aku menerima harta tersebut darinya (Qabiltu minhu dzalika al-Mal Liyakuna Wadi’ah ‘Indi), secara bahasa wadi’ah memiliki 2 makna, yakni memberikan harta untuk dijaga dan pada penerimaannya.
Dalam tradisi islam, wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
Wadi’ah menurut pasal 20 ayat 17 komplikasi Hukum Ekonomi Syari’ah(2009) ialah penitipan dana antara pihak pemilik dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut. Aplikasi wadi’ah terhadap dalam fatwa DSN-MUI No.36/DSN-MUI/X/2002 tentang sertifikat wadi’ah Bank Indonesia.
Setelah diketahui definisi wadi’ah, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud wadi’ah adalah penitipan, yaitu akad seseorang kepada yang lain dengan menitipkan benda untuk dijaganya secara layak. Apabila ada kerusakan pada benda titipan tidak wajib menggantinya, tapi bila kerusakan itu disebabkan oleh kelalaiannya maka diwajibkan menggantinya.
Keharusan menjaga wadi’ah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

“Tunaikanlah amanah kepada orang yang mengamanahkan kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Al Irwaa’ 5/381).
Orang yang merasa mampu dan sanggup menerima barang titipan adalah sangat baik dan mengandung nilai ibadah yang mendapat pahala disamping mempunyai nilai sosial yang tinggi. Akan tepai agar titipan tersebut tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari, maka disyaratkan :
  1. Barang titipan itu tidak memberatkan dirinya maupun keluarganya
  2. Tidak memungut biaya pemeliharaan
  3. Kalau sudah sampai waktunya diambil atau disampaikan kepada yang berhak
Dengan demikian apabila barang titipan itu mengalami kerusakan akibat kelalaian orang yang menerimanya, maka ia wajib menggantikannya.
Adapun kriteria kelalaian antara lain:
  1. Orang yang dipercaya titipan menyerahakan kepada orang lain tanpa sepengetahuan yang memilikinya
  2. Barang titipan itu dipergunakan atau dibawa pergi sehingga rusak atau hilang
  3. Menyia-nyiakan barang titipan
  4. Berkhianat, yaitu ketika barang titipan diminta tidak dikabulkan, tanpa sebab yang jelas
  5. Lalai atau tidak hati-hati dalam memelihara barang titipan
  6. Ketika yang dititipi barang itu sakit atau meninggal tidak berwasiat kepada ahli warisnya atau keluarganya tentang barang titipan, sehingga mengakibatkan barang rusak dan hilang.
Hukum menerima wadi’ah atau barang titipan itu ada 4 (empat), yaitu :
  1. Sunnah, yaitu bagi orang yang percaya pada dirinya bahwa dia sanggup memelihara dan menjaganya, menerimanya bila disertai niat yang tulus ikhlas kepada Allah. Dianjurkan menerima wadii’ah, karena ada pahala yang besar di sana, berdasarkan hadits:

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيه
“Dan Allah akan menolong seorang hamba, jika hamba itu mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
  1. Wajib, yaitu apabila sudah tidak ada lagi orang yang bisa dipercaya, kecuali hanya dia satu-satunya
  2. Haram, apabila dia tidak kuasa atau tidak sanggup menjaganya sebagaimana mestinya, karena seolah-olah dia membiarkan pintu kerusakan atau hilangnya barang titipan
  3. Makruh, menitipkan kepada orang yang dapat menjaganya tetapi ia tidak percaya pada dirinya, bahkan dikhawatirkan kemudian hari dia akan berkhianat terhadap barang titipan itu.
Wadii’ (orang yang dititipi) tidaklah menanggung barang titipan kecuali jika dia meremehkan atau melakukan jinayat (berindak salah) terhadap barang titipan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Daruquthni.
لَيْسَ عَلَى الْمُسْتَوْدَعِ غَيْرِ المُغِلِّ ضَمَانٌ
“Bagi orang yang dititipi yang bukan pengkhianat tidaklah menanggung.”
Amr bin Syu’aib juga meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أُوْدِعَ وَدِيْعَةً فَلاَضَمَانَ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang dititipkan wadii’ah, maka dia tidaklah menanggungnya.” (HR. Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah memutuskan tentang wadii’ah yang berada dalam sebuah kantong, lalu hilang karena bolongnya kantong tersebut bahwa ia (orang yang dititipi) tidak menanggungnya. Bahkan Urwah bin Az Zubair pernah meminta dititipkan kepada Abu Bakar bin Abdurrahman bin Harits bin Hisyam  harta dari harta milik bani Mush’ab, lalu ternyata harta tersebut tertimpa musibah ketika masih berada di Abu Bakar atau sebagian harta itu, maka Urwah mengutus seseorang untuk memberitahukan, “Bahwa kamu tidak perlu menanggungnya. Kamu hanyalah orang yang diamanahi.” Lalu Abu Bakar berkata, “Saya telah mengetahui bahwa saya tidak menanggung, akan tetapi nanti orang-orang Quraisy menyebutkan bahwa diriku sudah tidak amanah”, lalu Abu Bakar menjual harta miliknya dan melunasinya.
Penerima titipan harus menjaganya di tempat terjaga yang standar atau sesuai barang tersebut secara ‘uruf sebagaimana hartanya dijaga. Jika barang titipan berupa hewan, maka muuda’ harus memberinya makan. Jika tidak diberi makan tanpa ada perintah dari pemiliknya, lalu hewan itu mati, maka muuda’ harus menggantinya, karena memberi makan hewan adalah diperintahkan. Di samping dia harus menanggungnya, dia juga berdosa karena tidak memberi makan dan minum kepada hewan tersebut hingga mati, karena wajib baginya memberi makan dan minum sebagai pemenuhan terhadap hak Allah Ta’ala, dimana hewan tersebut memiliki kehormatan.
KONSEP DAN MEKANISME LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Lembaga keuangan yang berhubungan dengan penyimpanan atau tabungan adalah salah satunya bank Syariah. Lembaga keuangan merupakan unit badan usaha yang kekayaan utamanya dalam bentuk aset uang atau tagihan dibandingkan dengan aset non-finansial. Lembaga keuangan berkaitan dengan sistem simpan pinjam (kredit) yang melayani masyarakat dalam kegiatan ekonomi modern. Peran lembaga keuangan (bank) saat ini semakin lama semakin dibutuhkan dan juga mengalami perkembangan misalnya sebagai mediasi antara pihak yang memiliki dana dengan yang memerlukan dana.
Sekarang apa bedanya antara lembaga keuangan dengan bank Syariah? Lembaga keuangan salah satunya adalah bank. Bank Syariah menjadi sebuah lembaga keuangan intermediasi keuangan antara unit defisit dengan unit surplus atau menawarkan jasa simpan pinjam, asuransi, dan penyediaan mekanisme pembayaran dengan berlandaskan pada prinsip Syariah Islam. Di Indonesia telah banyak didirikan lembaga keuangan Syariah. Lembaga keuangan Syariah terdiri dari 2 lembaga yaitu Bank dan Non-Bank. Lembaga non-bank di antaranya adalah asuransi, pegadaian, reksa dana, pasar modal, BPRS, dan BMT.
Prinsip dan Konsep Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan Syariah pada operasionalnya memiliki prinsip-prinsip yaitu:
  1. Prinsip keadilan yaitu berbagi untung atas dasar penjualan riil yang disesuaikan dengan kontribusi dan risiko masing-masing pihak.
  2. Prinsip kemitraan yaitu posisi nasabah penyimpan dana, pengguna dana, dan lembaga keuangan sejajar dengan mitra usaha yang saling sinergi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
  3. Prinsip transparansi yaitu prinsip yang menekankan bahwa lembaga keuangan Syariah selalu memberikan pelaporan keuangan secara terbuka dan secara berkesinambungan agar nasabah penyimpan dana (investor) dapat memantau dan mengetahui kondisi perihal dananya.
  4. Prinsip universal yaitu prinsip yang tidak membeda-bedakan agama, ras, suku dan golongan dalam masyarakat. Hal ini disesuaikan dengan prinsip dalam agama Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Untuk membedakan antara Lembaga Syariah dan Non-Syariah dapat dilihat dari ciri-ciri khusus lembaga Syariah. Lembaga keuangan Syariah memiliki ciri-ciri yaitu Lembaga keuangan Syariah diharuskan sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah saat menerima titipan dan investasi. Hubungan antara pengguna dana, penyimpan dana (investor), dan lembaga keuangan Syariah sebagai intermediary institution. Hal ini didasarkan pada kemitraan bukan hubungan antara kreditur dan debitur. Bisnis dalam lembaga ini tidak hanya dikhususkan atau berpusat pada profit (keuntungan) tetapi juga menguatamakan falah oriented. Yang dimaksud falah oriented yaitu kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Konsep yang dijalankan dalam transaksi Lembaga keuangan Syariah didasarkan kepada prinsip kemitraan sistem bagi hasil dan jual beli. Atau sewa menyewa untuk transaksi komersial dan pinjam meminjam (qardh/ kredit) bertujuan untuk merugikan transaksi sosial.
Mekanisme Lembaga Keuangan Syariah
Pada dasarnya setiap lembaga keuangan memiliki sistem dan mekanisme khusus yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya. Di lembaga Syariah ini tidak dikenal istilah “bunga” baik saat menghimpun dana (pemasukan) dari masyarakat maupun dalam pembiayaan/ dana untuk usaha yang membutuhkan. Sistem bunga dapat merugikan penghimpunan modal baik itu dalam bentuk suku bunga tinggi maupun rendah.
Suku bunga tinggi dapat menghambat suatu perusahaan dalam investasi maupun formasi modal. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan penurunan produktivitas dan laju pertumbuhan yang rendah. Suku bunga yang rendah bisa saja menimbulkan ketidakrataan kekayaan pada para penabung. Hal ini dapat berimbas pada rasio tabungan kotor juga merangsang pengeluaran secara konsumtif yang dapat menimbulkan tekanan inflasioner
Penerapan Produk Perbankan Syariah yang Menggunakan Akad Wadiah pada Perbankan Syariah Dikaitkan dengan Fiqih Muamalah
Wadi’ah secara etimologi adalah wada`a yang berarti meninggalkan/ meletakkan atau titipan. Secara terminologi, wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. Dalam mendefinisikannya, paling tidak ada tiga ulama mazhab yang berupaya menjelaskannya, ulama mazhab Hanafi mengatakan wadi’ah adalah mengikut sertakan orang lain dalam memelihara harta baik dengan ungkapan yang jelas maupun isyarat. Sedangkan menurut ulama mazhab Syaf’i dan Maliki yaitu mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah, karena dia meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga. Secara harfiah, Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
Al-wadi’ah adalah amanah bagi orang yang menerima titipan dan ia wajib mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali firman Allah SWT;
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Kemudian berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No: 01/DSN-MUI/IV/2000, menetapkan bahwa Giro yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah. Demikian juga tabungan dengan produk Wadi’ah, dapat dibenarkan berdasarkan Fatwa DSN No: 02//DSN-MUI/IV/2000, menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah.
Dalam penjelasan undang-undang perbankan syari’ah tahun 2008, pasal 19, ayat 1, huruf a, dinyatakan:
“Yang dimaksud dengan “Akad wadi’ah” adalah Akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang.”
Definisi ini selaras dengan definisi wadi’ah dalam ilmu fiqih. Dalam kitab I’anatut Thalibin karya Ad Dimyathy dijelaskan bahwa wadhi’ah adalah: “Suatu akad yang betujuan menjaga suatu harta.
Dapat diketahui bahwa wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Selain itu, menurut Bank Indonesia, wadi’ah adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang.
Dilihat dari segi akadnya ada beberapa bentuk wadi`ah yaitu : Pertama, wadiah yad amanah adalah akad penitipan barang/uang dimana penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang/uang titipan yang bukan di akibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Kedua, wadiah yad dhamanah adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang dan harus bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan.
Dalam penerapannya, produk bank Syariah dengan akad wadiah menerapkan prinsip wadiah yad amanah dan wadiah yad dhamanah. Terkait dengan kedua produk tersebut, dalam pelaksanaannya perbankkan Syariah lebih menerapkan prinsip wadiah yad dhamanah. Padahal, akad wadiah yad dhamanah secara nama tidak ditemukan dalam literatur fikih klasik dan apabila dibedah prinsip ini ditemukan dua akad yang sifatnya bertentangan namun dipaksakan.
Adanya unsur dua akad dalam prinsip wadiah yad dhamanah, karena di dalam praktiknya baik produk Giro Wadiah ataupun Tabungan Wadiah, bank meminta pihak penitip (nasabah) memberikan kewenangan kepada pihak bank untuk mengelola titipan/asetnya, dan bank memiliki hak penuh atas hasil  yang diperoleh dari pemanfaatan titipan nasabah, yang dengan kata lain bank tidak dikenai tanggungjawab (kewajiban) membagi hasilnya.
Padahal, secara asal di dalam prinsip wadiah, pemanfaatan suatu titipan dalam bentuk apapun hukumnya terlarang, karena apabila telah ada unsur penggunaan oleh pihak yang dititipi maka akadnya pun berubah. Di dalam fikih, yang demikian dikatakan sebagai prinsip pinjam-meminjam (qard). Melalui sekilas gambaran seputar prinsip wadiah yad dhamanah yang di dalamnya terkandung unsur wadiah dan qard, namun lebih layak berlandaskan qard.
Wadiah pada prinsipnya adalah membantu pihak penitip, dan pihak yang dititipi posisisnya sebagai pihak penolong. Karena itulah, sifat dari wadiah adalah amanah. Dalam kitab I’anatut Thalibin karya Ad Dimyathy dijelaskan bahwa wadhi’ah adalah: “Suatu akad yang betujuan menjaga suatu harta.”
Dalam menjalankan praktek wadiah, dana nasabah yang dititipkan di bank syariah mendapat jaminan aman, dan perbankan syari’ah wajib menanggung segala resiko yang tejadi pada dana nasabah. Selanjutnya bukan hanya menjamin, namun lebih jauh lagi, perbankan syari’ah memberi keuntungan yang kemudian disebut dengan ‘bagi hasil’.
Jika kita bandingkan antara menitipkan di perbankan syariah dan menabung di bank konvensional, menabung di perbankan konvensional, paling sedikit kita mendapatkan dua ‘keuntungan': Pertama, dana aman dan kedua, bunga tabungan yang didapatkan setiap bulan. Sedangkan besaran bunga yang and didapatkan setiap bulan, sesuai dengan suku bunga yang ditetapkan bank. Dengan memahami dua konsep transaksi ini, secara sederhana kita bisa menangkap adanya kemiripan antara konsep wadiah bank syariah dengan tabungan konvensional, jika mengacu bahwa menitipkan uang harus mendapat kelebihan.
Jika kita cermati lebih lanjut, dapat diketahui dengan jelas bahwa wadi’ah yang ada di perbankan syariah bukanlah wadiah yang dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih. Wadi’ah perbankan syariah yang saat ini dipraktekkan, lebih relevan dengan hukum dain/piutang, karena pihak bank memanfaatkan uang nasabah dalam berbagai proyeknya. Sebagaimana nasabah terbebas dari segala resiko yang terjadi pada dananya. Karena alasan ini, banyak dari ulama kontemporer yang mengkritisi penamaannya dengan wadi’ah. Dan sebagai gantinya mereka mengusulkan untuk menggunakan istilah lain, semisal al-hisab al-jari atau yang secara bahasa bermakna account.
Sehingga apa yang diterapkan oleh perbankan syariah sejatinya ialah akad hutang piutang yang kemudian disebut dengan wadiah. Bila demikian tidak diragukan keuntungan yang diperoleh nasabah darinya adalah bunga alias riba, berdasarkan kaidah fiqih yang telah disepakati oleh ulama’:
“Setiap piutang yang mendatangkan kemanfaatan maka itu adalah riba” (al-Qawaid an-Nuraniyah, hlm. 116)
Adanya kewenangan untuk memanfaatkan barang, memiliki hasilnya dan menanggung kerusakan atau kerugian adalah perbedaan utama antara wadi’ah dan dain (hutang-piutang). Dengan demikian, bila ketiga karakter ini telah disematkan pada akad wadi’ah, maka secara fakta dan hukum akad ini berubah menjadi akad hutang piutang dan bukan wadi’ah. Dan dengan segala konsekwensinya, berbagai hukum utang piutang berlaku pada praktek wadi’ah yang diterapkan oleh perbankan syari’ah.
Permasalahan ini harus dikuasai dan senantiasa diingat, agar tidak terkecoh dengan perubahan nama atau sebutan riba. Masyarakat pada zaman ini telah mengubah nama riba menjadi bunga atau faidah, dan mengubah nama piutang menjadi tabungan atau wadi’ah.
Piutang (al-qardhu) adalah suatu akad berupa memberikan harta kepada orang yang akan menggunakannya dan kemudian ia berkewajiban mengembalikan gantinya. Adapun akad tabungan atau wadi’ah adalah menyerahkan harta kepada orang yang menjaganya/menyimpankannya (baca Mughni al-Muhtaj, 3/79, Kifayah al-Akhyaar oleh Taqiyuddin al-Hishny, 2/11 dan asy-Syarhu al-Mumti’, 10/285).[24]




PENUTUP
Simpulan
  1. Wadi’ah adalah penitipan, yaitu akad seseorang kepada yang lain dengan menitipkan benda untuk dijaganya secara layak. Apabila ada kerusakan pada benda titipan tidak wajib menggantinya, tapi bila kerusakan itu disebabkan oleh kelalaiannya maka diwajibkan menggantinya.
  2. Wadi’ah yang ada di perbankan syariah bukanlah wadiah yang dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih. Wadi’ah perbankan syariah yang saat ini dipraktekkan, lebih relevan dengan hukum dain/piutang, karena pihak bank memanfaatkan uang nasabah dalam berbagai proyeknya. Adanya kewenangan untuk memanfaatkan barang, memiliki hasilnya dan menanggung kerusakan atau kerugian adalah perbedaan utama antara wadi’ah dan dain (hutang-piutang) . Dengan demikian, bila ketiga karakter ini telah disematkan pada akad wadi’ah, maka secara fakta dan hukum akad ini berubah menjadi akad hutang piutang dan bukan wadi’ah.